Jumat 03 Jul 2020 06:33 WIB

Emil: Teknologi Ruang Publik Jadi Tantangan Saat Pandemi

Yang akan booming adalah teknologi ruang publik yang berhubungan dengan menyentuh

Rep: Arie Lukihardianti/ Red: Hiru Muhammad
Gubernur Jawa Barat Ridwan Kamil ketika sedang mencoba lift di salah satu pusat perbelanjaan di Cimahi Jawa Barat
Foto: dok Humas Pemprov Jawa Barat
Gubernur Jawa Barat Ridwan Kamil ketika sedang mencoba lift di salah satu pusat perbelanjaan di Cimahi Jawa Barat

REPUBLIKA.CO.ID,BANDUNG--Gubernur Jawa Barat (Jabar) Ridwan Kamil menilai, perlu ada inovasi dan revolusi engineering supaya ruang publik dapat dimanfaatkan dengan tetap mencegah sebaran Covid-19. Sebab, pandemi Covid-19 berdampak pada pemanfaatan ruang publik, khususnya di perkotaan. 

“Yang menjadi tantangan para insinyur adalah bagaimana melakukan teknologi touchless, bagaimana menekan tombol lift tanpa tangan. Di Thailand, dipaksa pakai kaki, ada yang pakai tusuk gigi,” ujar Ridwan Kamil saat menjadi pembicara telekonferensi Engineer Room Persatuan Insinyur Indonesia (PII) di Kantor Badan Penghubung Jabar, Kamis malam (2/7).

Kemudian, apakah bisa menciptakan pintu yang sudah ada sensornya tanpa ada handle seperti yang ada sekarang. "Maka ini akan mengubah konstruksi bangunan, teknologi dan sebagainya. Untuk itulah pentingnya melakukan revolusi engineering," katanya. 

Menurut Emil, secara desain, bangunan ruang publik tidak akan mengalami perubahan yang signifikan pasca-Covid-19. Jadi, yang akan booming pasca-Covid-19 adalah teknologi-teknologi di ruang publik yang berhubungan dengan menyentuh. "Itu yang harus disesuaikan. Tapi kalau desain tamannya atau ruang terbuka, menurut saya tidak akan ada perubahan yang signifikan,” katanya.

Emil mengatakan, perilaku masyarakat di ruang publik akan berubah, seperti pakai masker dan jaga jarak. Menurutnya, tujuan masyarakat ke ruang publik ada dua, yakni menikmati lingkungan dan berinteraksi. ”Menurut saya bukan tata ruangnya, tapi adaptasi perilakunya. Nah, yang berat di pandemi ini bukan lingkungannya, tapi sosialnya. Jadi, poin sosialnya itu yang hilang karena harus jaga jarak, dan sebagainya,” katanya. 

Karena itu, jika ingin tetap pasca-Covid-19 ini berkualitas hidupnya, tetap berinteraksi, tapi tidak ada lagi poin sosialnya. "Jadi, menghirup udara segarnya bisa, tapi enggak bisa lagi ngobrol dalam jarak yang dekat, salam-salaman, dan lain sebagainya,” katanya. 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement