REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Dua dari 99 pengungsi Rohingya yang diselamatkan di perairan Aceh utara harus menjalani pemeriksaan kesehatan di sebuah rumah sakit di Lhokseumawe. Sebelumnya, Menteri Luar Negeri Retno Marsudi menyatakan seluruh pengungsi Rohingya tersebut telah menjalani tes cepat dan dinyatakan non-reaktif Covid-19.
“Namun, pemeriksaan medis lebih lanjut akan dilakukan terhadap dua pengungsi yang sekarang berada di rumah sakit,” ujar Retno dalam konferensi pers secara daring dari Istana Kepresidenan, Jakarta, Kamis (2/7).
Untuk mengkoordinasi upaya di lapangan, tim yang terdiri dari staf Kementerian Luar Negeri bersama Satuan Tugas Penanganan Pengungsi Luar Negeri telah mengunjungi tempat penampungan para pengungsi di fasilitas bekas kantor imigrasi Punteut, Lhokseumawe.
Rencana memindahkan para pengungsi Rohingya dari fasilitas tersebut ke Balai Latihan Kerja Meunasah Mee, Lhokseumawe yang seharusnya dilaksanakan pada 1 Juli harus ditunda untuk mempersiapkan dengan lebih baik tempat penampungan mereka selanjutnya.
Berdasarkan hasil pertemuan tim tersebut dengan perwakilan Badan PBB untuk Urusan Pengungsi (UNHCR), diperoleh temuan hanya 42 orang dari 99 pengungsi Rohingya yang memiliki kartu pengungsi UNHCR.
“Karena itu, pada 5 Juli mendatang UNHCR akan memulai proses pendaftaran 99 pengungsi Rohingya yang akan membantu memastikan perlindungan mereka di bawah UNHCR,” kata Retno.
Pengungsi Rohingya yang terdiri dari 48 perempuan, 17 laki-laki, serta 34 anak-anak itu diselamatkan oleh nelayan Aceh utara pada 22 Juni lalu setelah kapal yang mereka tumpangi rusak dan terombang-ambing di laut.
Pemerintah setempat bersama sejumlah lembaga sosial telah memberikan bantuan kebutuhan pokok bagi para pengungsi, yang semula berlayar menuju Malaysia.