Selasa 30 Jun 2020 05:44 WIB

Para Menteri Hendaknya Tersentak dengan Pernyataan Presiden

Sekjen MUI harap para menteri secepatnya melakukan langkah-langkah strategis.

Rep: Ronggo Astungkoro/ Red: Ratna Puspita
Sekretaris Jenderal (Sekjen) Majelis Ulama Indonesia (MUI) Anwar Abbas
Foto: Republika TV/Havid Al Vizki
Sekretaris Jenderal (Sekjen) Majelis Ulama Indonesia (MUI) Anwar Abbas

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Sekretaris Jenderal Majelis Ulama Indonesia (MUI), Anwar Abbas, menyampaikan, para menteri seharusnya benar-benar tersentak dengan pernyataan Presiden Joko Widodo. Ia pun berharap para pembantu presiden itu secepatnya melakukan langkah-langkah strategis.

"Untuk itu para menteri dan para pembantu presiden hendaknya benar-benar tersentak dengan pernyataan presiden tersebut," ujar Anwar melalui keterangan tertulisnya, Senin (29/6).

Baca Juga

Ia mengatakan, para pembantu presiden itu juga seharusnya secepatnya melakukan langkah-langkah strategis dan innovatif untuk memperbaiki keadaan ekonomi rakyat. Dengan begitu, daya beli masyarakat diharapkan dapat meningkat.

Agar tujuan tersebut bisa cepat terwujud, Anwar berharap agar bantuan-bantuan dari pemerintah terhadap rakyat miskin tidak diberikan berupa barang, melainkan berupa uang. Menurutnya, dengan itulah mereka bisa berbelanja ke warung-warung kecil di samping dan di sekitar tempat tinggalnya.

"Sehingga kehidupan ekonomi dari rakyat kecil benar tertolong dan itulah yang kita harapkan," kata dia.

Ia juga menilai, pidato singkat Presiden Jokowi tersebut benar-benar menunjukkan kekecewaannya terhadap kinerja para pembantunya. Anwar melihat para menteri seperti tidak memiliki sense of crisis sehingga tidak banyak dari yang dilakukan oleh mereka yang benar-benar berdampak baik dan besar terhadap rakyat dan masyarakat luas.

"Hal ini tentu saja sangat-sangat beliau sesalkan karena semestinya para pembantu beliau tersebut sudah tahu apa yang akan dilakukan tetapi ternyata tidak demikian," jelasnya.

Anwar juga menyoroti persoalan serapan dana, yakni dana yang besar baru terserap sedikit. Menurutnya, itu membuat uang yang beredar di tengah-tengah masyarakat masih sangat kecil. Daya beli masyarakat pun belum bisa terdongkrak yang mana berujung pada belum bisa menggeliatnya perekonomian mereka.

"Karena dampak dari tindakan mereka tersebut telah memperburuk keadaan ekonomi rakyat. Bagaimana mungkin kita akan mendorong ekonomi mereka kalau mereka tidak punya daya beli," jelas dia.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement