Selasa 30 Jun 2020 01:13 WIB

Asita DIY Promosikan Wisata Ruang Terbuka

Wisata di ruang terbuka dinilai mengurangi risiko penularan Covid-19

Rep: Antara/ Red: Christiyaningsih
Wanawisata budaya Mataram Dlingo BantulĀ  destinasi wisata yang paling banyak dikunjungi wisatawan. Wisata di ruang terbuka dinilai mengurangi risiko penularan Covid-19. Ilustrasi.
Foto: dok. Istimewa
Wanawisata budaya Mataram Dlingo BantulĀ  destinasi wisata yang paling banyak dikunjungi wisatawan. Wisata di ruang terbuka dinilai mengurangi risiko penularan Covid-19. Ilustrasi.

REPUBLIKA.CO.ID, YOGYAKARTA - Asosiasi Biro Perjalanan Wisata Indonesia Daerah Istimewa Yogyakarta (Asita DIY) menggencarkan promosi destinasi wisata ruang terbuka. Promosi dilakukan untuk menarik kunjungan wisata saat tatanan normal baru diterapkan di DIY.

"Promosi yang akan kita kemas sekarang lebih banyak ke destinasi-destinasi yang terbuka. Wisata alam salah satunya," kata Ketua Asita DIY Udhi Sudiyanto saat dihubungi di Yogyakarta, Senin.

Baca Juga

Menurut Udhi, di masa pandemi destinasi wisata ruang terbuka cenderung lebih aman dikunjungi wisatawan karena protokol kesehatan lebih leluasa diterapkan. Dengan demikian risiko penularan Covid-19 lebih kecil. Meski demikian, ia membebaskan biro perjalanan wisata anggota Asita DIY menentukan destinasi wisata mana saja yang akan disasar.

"Mereka bebas menentukan. Tentu kita diskusikan dengan seluruh anggota, kira-kira destinasi mana saja yang sudah siap secara prosedur kesehatan," kata dia.

Asita DIY telah memastikan seluruh pelaku bisnis perjalanan wisata di Yogyakarta menerapkan protokol kesehatan dalam operasional sehari-hari. Penerapan ini mulai dari sebelum menjemput tamu, bersama tamu, dan setelah selesai dengan tamu.

"Rata-rata mereka (anggota Asita DIY) sudah sadar bagaimana menerapkan kebersihan mobil, serta menerapkan jaga jarak aman," jelas Udhi.

Namun demikian operasional bisnis perjalanan wisata akan tetap bergantung pada kesiapan destinasi wisata di DIY dalam mendukung penerapan protokol kesehatan secara menyeluruh. Untuk mencegah penularan Covid-19, ia juga meminta pengelola destinasi mampu membatasi jumlah pengunjung sesuai kapasitas yang dimiliki.

"Jadi tidak hanya menyediakan tempat cuci tangan serta memakai masker tetapi harus betul-betul menjamin physical distancing (pembatasan fisik) diterapkan, termasuk pengecekan suhunya bagaimana," katanya.

Udhi meyakini destinasi wisata yang dinilai bagus dalam menerapkan protokol kesehatan akan lebih banyak diminati wisatawan. "Bagi teman-teman pengelola destinasi yang sudah siap sesuai SOP (prosedur operasional standar) kita akan bersama-sama promosikan," terang dia.

Sebelumnya, Kepala Dinas Pariwisata DIY Singgih Raharjo mengatakan untuk menggairahkan kembali sektor pariwisata di masa pandemi, pencegahan penularan Covid-19 tetap menjadi perhatian utama. Uji coba pembukaan sektor pariwisata akan dilakukan secara bertahap pada Juli 2020 dengan menerapkan reservasi dan transaksi secara nontunai untuk meminimalisasi penularan Covid-19.

Pembukaan dimulai dari 10 destinasi wisata di DIY yakni Tebing Breksi (Sleman), Pantai Parangtritis, Puncak Becici, Pinus Pengger, Seribu Batu, Pinus Sari (Bantul), Pantai Kukup, Nglanggeran, Kalisuci, dan Pantai Baron (Gunung Kidul). Pembukaan secara resmi destinasi wisata di DIY masih menunggu terbitnya peraturan gubernur mengenai panduan protokol kesehatan pada masa normal baru.

"Kita tunggu dulu regulasi pergub-nya. Sebagian regulasi dan SOP sudah kita finalisasi tinggal menunggu itu semua," kata Singgih.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement