Senin 29 Jun 2020 17:07 WIB

DIY Gelar Swab Massal di Hardjolukito

Swab massal di Hardjolukito ini digelar pada 27 hingga 28 Juni 2020 kemarin.

Rep: Silvy Dian Setiawan/ Red: Yudha Manggala P Putra
Petugas medis mengambil sampel lendir dari seorang warga ketika mengikuti  swab test COVID-19. Ilustrasi
Foto: Republika/Prayogi
Petugas medis mengambil sampel lendir dari seorang warga ketika mengikuti swab test COVID-19. Ilustrasi

REPUBLIKA.CO.ID, YOGYAKARTA -- Pemerintah Daerah (Pemda) DIY mulai melakukan tes swab massal Covid-19 melalui polymerase chain reaction (PCR) yang digelar di RSPAU Dr. S. Hardjolukito sebagai salah satu rumah sakit rujukan penanganan Covid-19 di DIY. Tes swab massal ini digelar setelah sebelumnya pelacakan penyebaran Covid-19 di DIY dilakukan dengan rapid diagnostic test (RDT).

Kepala Dinas Kesehatan DIY, Pembayun Setyaningastutie mengatakan, hasil negatif atau positif Covid-19 ini memang lebih efektif dibandingkan rapid test. Walaupun, DIY memang lebih mengoptimalkan rapid test sebelum digelarnya swab massal ini.

"Tidak masalah jika langsung menggunakan metode PCR, karena hasilnya akan langsung terlihat. Sehingga, akan lebih cepat untuk mengetahui status pasien dan mengetahui berapa persen tingkat penularan Covid-19 di DIY," kata Pembayun dalam keterangan resminya, Senin (29/6).

Swab massal di Hardjolukito ini digelar pada 27 hingga 28 Juni 2020 kemarin. Ada 1.100 kuota yang disiapkan untuk masyarakat secara gratis.

"Kegiatan ini merupakan kelanjutan dari rangkaian program 30.000 tes usap gratis di seluruh Indonesia. Tes swab massal ini sebagai bentuk dukungan kepada Gugus Tugas Percepatan Penanganan Covid-19 dalam mempersatukan kekuatan demi menahan penyebaran wabah virus Corona di Indonesia," ujarnya.

Swab massal ini diharapkan dapat mendeteksi penyebaran Covid-19 di DIY. Terlebih, kasus positif baru masih terus bertambah dan bahkan saat ini sebagian kasus baru memiliki riwayat perjalanan dari luar DIY atau imported case.

"Kegiatan uji usap (swab) massal ini dapat mendeteksi dini dan menekan angka penyebaran Covid-19 di Indonesia khususnya DIY," Kepala RSPAU Dr. S. Hardjolukito Marsma TNI Djunadi.

Sebelumnya, tes swab di DIY dilakukan setelah kasus Covid-19 terseleksi melalui rapid test. Tim Perencanaan Data dan Analisis Gugus Tugas Penanganan Covid-19 DIY, Riris Andono Ahmad mengatakan, dilakukannya swab secara massal ini di DIY memerlukan indikasi transmisi.

Menurutnya, transmisi Covid-19 di DIY belum terlalu tinggi. Artinya, pernyataan Riris tersebut mengindikasikan bahwa ia menilai swab massal di DIY belum perlu dilakukan.

"Kalau kemudian bukan transmisi yang besar di komunitas, ya kita akan lebih fokus pada kontak tracing-nya. Seperti Indogrosir screening massal positif (melalui rapid test) dulu, kemudian dilanjutkan contact tracing (dengan swab)," kata Riris yang juga Ahli Epidemiologi UGM tersebut di BPBD DIY, Yogyakarta, Jumat (19/6) lalu.

Walaupun begitu, ia pun tidak menampik bahwa tes swab lebih efektif dibandingkan dengan rapid test. Terlebih dalam melakukan pelacakan atau tracing terhadap kontak positif Covid-19.

"Sejak awal saya memang tidak terlalu setuju dengan penggunaan rapid test untuk keperluan screening diagnosis. Rapid test itu lebih pas untuk keperluan surveillance melihat transmisi dan sebagainya. Saya rasa ini menjadi hal penting bagi pemerintah, terutama ketika melakukan kontak tracing," ujar Riris.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement