REPUBLIKA.CO.ID, YOGYAKARTA -- Belakangan masyarakat terus bersiap-siap menjalani kenormalan baru atau new normal. Padahal, Indonesia masih belum terbebas dari Coronavirus Disease 2019, sementara angka kasus Covid-19 masih jauh dari penurunan signifikan.
Ketua PP Muhammadiyah Bidang Kesehatan dan Kesejahteraan Sosial dr Agus Taufiqurrohman mengatakan, rencana penerapan new normal membuat masyarakat sedikit abai, termasuk atas protokol-protokol pencegahan penyebaran utama. "Yang harus kita pahami dan jelaskan ke masyarakat, saat ini wabah ini belum berakhir, pandemi ini belum terkendali, artinya kita masih berada di suasana wabah corona," kata Agus kepada Republika, Ahad (28/6).
Dia menuturkan, kondisi itu bisa dibuktikan dengan data dunia dan Indonesia, yang angka kasus Covid-19-nya terus beranjak naik. Karena itu, kewaspadaan protokol kesehatan pencegahan penularan tetap harus diutamakan masyarakat.
"Sebab, ketika masyarakat lupa jika saat ini kita masih berada dalam suasana pandemi Covid-19 dan lengah, apalagi tidak disiplin, kita takut justru muncul gelombang lanjutan. Ini yang harus kita jaga dan waspadai serius," ujar Agus.
Agus mengingatkan, ada protokol kesehatan utama seperti senantiasa memakai masker. Ia menerangkan, penggunaan masker tidak cuma melindungi diri kita sendiri, tetapi justru melindungi orang lain dari risiko penularan virus.
Lalu, masyarakat harus selalu menjaga jarak minimal 1-2 meter sehingga potensi untuk penyebaran virus corona bisa dikendalikan. Kemudian, hindari kerumunan karena terbukti kerumunan yang tidak terkendali menjadi potensi penularan serius.
Selain itu, selalu rajin cuci tangan dengan sabun, paling tidak selalu bawa hand sanitizer. Agus berpendapat, cuci tangan memakai sabun lebih dianjurkan karena pemakaian hand sanitizer berlebihan bisa berdampak buruk.
"Kuncinya disiplin. Kalau kita tidak disiplin terhadap protokol kesehatan itu nanti akan terjadi hal-hal yang sungguh tidak bisa kita kendalikan," kata Agus.