REPUBLIKA.CO.ID, YOGYAKARTA -- Mahasiswa dari luar daerah yang akan kembali ke Yogyakarta atau mahasiswa baru yang akan menempuh pendidikan di kota tersebut diminta melengkapi diri dengan surat keterangan sehat dari daerah asal, dan jika memungkinkan membawa hasil uji usap tenggorokan atau rapid test.
“Mekanismenya, ada surat sehat dari daerah asal. Minimal, surat-surat tersebut dipenuhi,” kata Ketua Harian Gugus Tugas Penanganan Covid-19 Yogyakarta Heroe Poerwadi di Yogyakarta.
Menurut dia, saat ini sudah ada sejumlah mahasiswa dari luar daerah yang kembali masuk ke Kota Yogyakarta. Mahasiswa tersebut kembali lebih awal ke Yogyakarta dengan berbagai tujuan, seperti menyelesaikan skripsi karena kegiatan bimbingan sudah dimulai.
“Untuk mahasiswa luar daerah yang sudah datang pun diminta tetap melapor ke wilayah dan melakukan isolasi mandiri serta meminta surat keterangan sehat dari rumah sakit atau Puskesmas,” katanya.
Aturan bagi mahasiswa luar daerah yang kembali ke Yogyakarta, lanjut dia, diperlukan untuk mencegah potensi penularan virus corona, terlebih sebagian besar kasus positif Covid-19 di Yogyakarta terjadi karena ada riwayat dari luar daerah.
“Protokol kesehatan harus benar-benar diterapkan supaya upaya pencegahan yang selama ini dilakukan tidak sia-sia, sehingga Yogyakarta bisa masuk masa normal baru dan nantinya normal,” katanya.
Jika protokol kesehatan tersebut diabaikan, Heroe khawatir terjadi peningkatan jumlah kasus positif Covid-19 di Yogyakarta, terlebih sudah banyak wisatawan dari luar daerah yang datang.
Sementara itu, Kepala Pelaksana Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kota Yogyakarta Hari Wahyudi berharap awal jadwal perkuliahan secara tatap muka dari tiap universitas atau perguruan tinggi di Yogyakarta tidak dilaksanakan dalam waktu bersamaan.
“Sehingga, kedatangan mahasiswa dari luar daerah bisa bertahap,” kata Hari.
Dia menyebut jumlah mahasiswa luar daerah di Kota Yogyakarta mencapai sekitar 200 ribu orang. Jumlah mahasiswa luar daerah tersebut hampir separuh dari jumlah warga Kota Yogyakarta.
“Jika tidak diterapkan protokol kesehatan yang ketat, potensi penularan virus corona sangat tinggi. Jika diasumsikan satu mahasiswa menularkan ke dua orang, seluruh warga Kota Yogyakarta bisa tertular,” katanya.
Selain itu, Hari berharap setiap perguruan tinggi juga membantu pemerintah untuk menyiapkan ruang isolasi mandiri jika memungkinkan. “Bukan karena takut, tetapi protokol ini dilakukan sebagai bentuk kewaspadaan demi keamanan dan kenyamanan bersama,” katanya.