REPUBLIKA.CO.ID, oleh Adinda Pryanka, Iit Septyaningsih, Antara
Pandemi Covid-19 berdampak berat ke perekonomian dalam negeri. Bappenas mengungkap potensi daya beli masyarakat yang hilang akibat pandemi Covid-19 mencapai Rp 362 triliun.
Kehilangan daya beli Rp 362 triliun terjadi akibat hilangnya jam kerja selama 10 minggu pada sektor-sektor yang menjadi penggerak perekonomian mulai dari industri manufaktur, pariwisata, hingga investasi dalam periode 30 Maret-6 Juni 2020.
Badan Pusat Statistik (BPS) menilai, indikator-indikator ekonomi yang sudah terjadi hingga Mei menunjukkan kontraksi pada kuartal kedua adalah hal pasti. Di antaranya, pertumbuhan ekonomi pada kuartal pertama yang hanya 2,97 persen, di bawah perkiraan pemerintah.
Kementerian Keuangan memproyeksikan ekonomi kuartal kedua tumbuh negatif 3,8 persen. Pertumbuhan negatif yang dalam ini merupakan dampak langkah restriksi aktivitas sosial dan ekonomi, sehingga berdampak pada agregat demand maupun supply.
Dampak ekonomi Covid-19 di Tanah Air pun akhirnya merambah ke bisnis perusahaan transportasi berbasis aplikasi yang berkembang menjadi multi layanan yaitu Gojek. Perusahaan yang didirikan Mendikbud Nadiem Makarim itu membenarkan akan melakukan pemutusan hubungan kerja (PHK) kepada 430 karyawan atau sembilan persen dari total karyawan.
Sebagian besar karyawan yang harus meninggalkan Gojek tersebut berasal dari divisi yang terkait dengan GoLife dan GoFood Festival. PHK adalah bagian dari evaluasi terhadap struktur perusahaan secara keseluruhan di tengah situasi pandemi Covid-19.
"Kami telah melakukan berbagai langkah untuk mengoptimalkan perusahaan supaya dapat terus tumbuh dan memiliki dampak. Namun kami sangat naif karena berpikir bahwa pertumbuhan akan terus terjadi," ujar Co-CEO Gojek Andre Soelistyo dalam email kepada karyawan Gojek, yang dikutip Antara, Selasa (23/6).
"Kami tidak cukup mengantisipasi adanya penurunan yang tidak dapat dihindari seperti pandemi yang terjadi saat ini, dan sekarang kami membayar untuk itu," dia melanjutkan. Karyawan Gojek yang terdampak dengan keputusan ini akan mendapat benefit termasuk pesangon di atas standar yang ditetapkan pemerintah.
Untuk pasangon, karyawan yang terdampak akan menerima pesangon (ditetapkan minimum gaji empat pekan) ditambah tambahan empat pekan gaji untuk setiap tahun lamanya bekerja.
Selanjutnya, Gojek tidak mewajibkan karyawan yang terdampak untuk bekerja saat sudah memasuki periode pemberitahuan. Tujuannya agar karyawan dapat fokus memikirkan mengenai rencana mereka di masa mendatang. Namun, Gojek tetap akan membayar gaji mereka secara penuh.
Masa tunggu (annual cliff) bagi karyawan yang memiliki hak kepemilikan saham akan dihapus, sehingga karyawan yang meninggalkan Gojek dapat memiliki saham di perusahaan yang telah mereka bangun.
Gojek akan membayarkan cuti tahunan yang tidak digunakan, selain juga hak-hak lainnya termasuk cuti melahirkan. Gojek juga akan memperpanjang skema asuransi kesehatan bagi karyawan yang terdampak dan juga bagi keluarga mereka, hingga 31 Desember 2020. Karyawan juga dapat tetap memiliki laptop mereka untuk membantu mencari peluang lain.
Selain itu, Gojek juga memperpanjang masa dukungan program layanan kesehatan mental, finansial, dan konsultasi lainnya selama tiga bulan ke depan. Gojek juga memberikan program outplacement yang akan membantu untuk mencari pekerjaan.
Pemangkasan 430 karyawan Gojek tersebut menyusul dihentikannya layanan GoLife yang meliputi layanan GoMassage dan GoClean, serta GoFood Festival yang merupakan jaringan pujasera GoFood di sejumlah lokasi. Andre memastikan bahwa keputusan pengurangan karyawan tersebut merupakan satu-satunya yang dilakukan Gojek di tengah situasi pandemi Covid-19.
"Fokus kami pada bisnis inti adalah untuk memastikan pertumbuhan Gojek secara berkesinambungan dan mampu bertahan di tengah pandemi ini yang kita tidak tahu kapan berakhir. Gojek berupaya menjaga ekosistem secara keseluruhan agar tetap mampu memberikan dampak sosial secara luas kepada sekitar 2 juta mitra dan 500.000 UMKM," ujar Co-CEO Gojek, Kevin Aluwi dan Andre Soelistyo, dalam keterangan tertulis yang diterima di Jakarta, Rabu (24/6).
Kedua Co-CEO mengungkapkan layanan bisnis inti yaitu transportasi online (GoRide dan GoCar), lalu pesan-antar makanan dan kebutuhan pokok (GoFood), serta dompet digital (GoPay) sangat dibutuhkan oleh masyarakat di tengah pandemi. Menyusul strategi yang diumumkan ini, Gojek akan mengkonsentrasikan sebagian besar sumber daya untuk mendukung bisnis inti.
Di samping bisnis inti tersebut, bisnis lain yang tumbuh di tengah pandemi adalah layanan logistik GoSend dengan peningkatan permintaan mencapai 80 persen sejak diberlakukannya PSBB di sejumlah daerah. Begitu juga dengan transaksi belanja kebutuhan sehari-hari di GoFood yang naik dua kali lipat.
"Sejumlah layanan lainnya juga masih memiliki peluang untuk lebih berkembang misalnya layanan di bidang kesehatan yang bekerja sama dengan Halodoc," kata Kevin Aluwi dan Andre Sulistyo.
Adapun pandemi global Covid-19 mengubah perilaku masyarakat yang kini lebih mengedepankan jaga jarak (physical distancing). Berbagai penyesuaian bisnis telah dilaksanakan oleh Gojek guna mengakomodir kebiasaan baru pelanggan sejak adanya pandemi.
Perusahaan tersebut bekerja sama erat dengan mitra merchant untuk mengakomodasi adanya perubahan pada permintaan, membantu merchant yang sebelumnya hanya menjajakan produk secara offline menjadi bisa bermigrasi ke online dengan cepat, dan mengimplementasikan berbagai inisiatif guna mendukung mata pencaharian mitra driver.
Gojek telah bertumbuh secara eksponensial sejak pertama meluncur tahun 2015. Kini Gojek memiliki lebih dari 170 juta pengguna di Indonesia dan seluruh Asia Tenggara.
Bukan cuma Gojek yang harus melepaskan pekerjanya akibat pandemi. Dikutip dari Tech Crunch, Grab juga akan melepaskan 360 karyawannya atau sekitar lima persen dari total karyawan.
Pekan lalu CEO Grab, Anthony Tan, disebut telah membuat pengumuman tersebut ke karyawannya dalam sebuah surat. Juru Bicara Grab namun mengatakan PHK bukan berarti perusahaan akan menutup bisnisnya.
"Kami tidak mengalami masalah modal. PHK dilakukan untuk memiliki organisasi yang lebih ramping dan efisien. Divisi yang terkena adalah bisnis yang tidak inti," ujar juru bicara. Grab disebutnya akan fokus ke bisnis intinya yakni transportasi, layanan jasa antar, pembayaran, dan servis finansial untuk menjawab kebutuhan dan tantangan new normal.
Dalam suratnya ke karyawan Anthony Tan mengatakan sudah merasakan dampak Covid-19 sejak Februari. "Jelas kalau pandemi ini akan berdampak ke resesi jangka panjang dan kami harus bersiap untuk masa pemulihan yang panjang," ujarnya.
Sejak pandemi melanda Tan mengatakan, Grab sudah melakukan peninjauan dari segi keuangan, mengurangi belanja yang sifatnya diskresional, dan melakukan pemotongan gaji untuk level manajemen senior. Grab disebutnya tetap harus melakukan perampingan agar bisa bertahan dalam ekonomi pascapandemi.
Upaya yang sudah dilakukan Grab dikatakan Tan telah membantu mereka mempertahankan lebih banyak SDM di dalam perusahaan. Sehingga pengurangan karyawan bisa direduksi di angka hanya lima persen dari total. Jumlah karyawan yang terkena PHK di Grab adalah di seluruh kantor cabang mereka di Asia Tenggara termasuk di Indonesia.
Upaya pemulihan ekonomi di kuartal berikutnya harus menjadi fokus utama pemerintah. Anggota Komisi XI DPR RI Soepriyatno menilai, pemerintah harus memiliki program pemulihan ekonomi secara konkrit pada kuartal ketiga dan keempat.
Khususnya setelah pemerintah memprediksi ekonomi kuartal kedua mengalami kontraksi dalam. Sedangkan, pada tahun depan, pemerintah menargetkan pertumbuhan ekonomi di rentang 4,5 persen sampai 5,5 persen.
Soepriyatno menjelaskan, pemerintah memang harus optimistis dalam menghitung indikator ekonomi. Tapi, sikap realistis jangan ditinggalkan, terutama melihat potensi gelombang kedua Covid-19.
Soepriyatno menganjurkan pemerintah untuk mempercepat realisasi belanja pemerintah agar bisa menjadi pengungkit pada kuartal kedua. Belanja pegawai dan belanja modal harus disegerakan. Begitupun dengan belanja bantuan sosial yang patut diakselerasi untuk sekaligus menopang konsumsi masyarakat.
Soepriyatno menekankan, kuartal ketiga dan keempat menjadi momentum penting dan krusial untuk memasuki masa pemulihan ekonomi pada 2021. Oleh karena itu, ia berharap, pemerintah dapat segera menyelesaikan permasalahan yang kini terjadi. "Penyelesaiannya harus cepat, dari perlindungan sosial, penanganan kesehatan," ujar anggota fraksi Gerindra ini.
Anggota Komisi XI DPR Fraksi Golkar Misbakhun menilai, ekonomi pada semester kedua akan masih dirundung ketidakpastian. Vaksin Covid-19 yang dinilai bisa sebagai game changer belum ditemukan.
Salah satu ketidakpastian yang berpotensi terjadi pada tahun ini adalah pertumbuhan ekonomi tahunan di area negatif. Hal ini merujuk pada kontraksi mendalam pada kuartal kedua yang diprediksi masih terjadi pada kuartal ketiga.
Untuk itu, Misbakhun menekankan program pemerintah yang realistis. Ia menilai, pemerintah masih belum menyiapkan jalan yang harus dirintis untuk dapat mencapai pertumbuhan 4,5 persen sampai 5,5 persen pada 2021. "Kita sudah tentukan koordinat GPS di awal dan di ujung, tapi jalannya menuju mana, belum ketemu," ucapnya.
Kamar Dagang dan Industri (Kadin) Indonesia menilai, pemerintah harus fokus menjalankan stimulus ekonomi. Tujuannya agar target pemulihan ekonomi pada kuartal tiga bisa tercapai.
"Khususnya kelancaran distribusi atau pencairan stimulus fiskal dan kredit kepada UMKM (Usaha Mikro Kecil Menengah) dan korporasi. Ini sangat penting dilaksanakan agar angka gulung tikar dan PHK tidak meningkat dalam waktu dekat," ujar Wakil Ketua Umum Kadin Bidang Hubungan Internasional Shinta Widjaja Kamdani kepada Republika pada Selasa, (23/6).
Jika stimulus yang direalisasikan hanya stimulus konsumsi seperti bantuan sosial (bansos), kata Shinta, maka ekonomi pada kuartal III akan tetap lambat. Sebab fungsinya hanya sebagai blanket safety net dan tidak mengoreksi distorsi konsumsi pasar yang ada saat ini atau terpusat pada pengeluaran primer atau esensial, sehingga secara keseluruhan ekonomi tidak bertumbuh atau menjadi lebih baik.
Menurutnya, sektor riil yang membutuhkan suntikan modal agar terus bertahan. Di era new normal pelaku usaha diperkirakan masih akan kesulitan bertahan, apalagi pulih pada kuartal tiga. Sebab saat ini pun kondisi pemodalannya sudah sangat menipis sehingga potensi PHK dan gulung tikar tetap tinggi meski kegiatan ekonomi direlaksasi restriksinya.