Selasa 23 Jun 2020 11:50 WIB

Puluhan Warga Jatim Meninggal Akibat DBD

Jumlah masyarakat yang terjangkit DBD 5.733 orang dan 52 orang di antaranya meninggal

Rep: Dadang Kurnia/ Red: Esthi Maharani
Petugas melakukan pengasapan (fogging) guna pencegahan penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD)
Foto: Antara/Indrianto Eko Suwarso
Petugas melakukan pengasapan (fogging) guna pencegahan penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD)

REPUBLIKA.CO.ID, SURABAYA -- Kepala Dinas Kesehatan Jawa Timur Herlin Ferliana mengungkapkan, sepanjang 2020, tepatnya pada periode Januari hingga 22 Juni, jumlah masyarakat yang terjangkit demam berdarah dengue (DBD) sebanyak 5.733 orang. Dari total kasus tersebut, 52 orang di antaranya meninggal dunia. Namun demikian, kata Herlin, jika dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya, catatan kasus tersebut menurun drastis.

"Pada 2019 periode Januari hingga Juni, jumlah kasus DBD di Jatim mencapai 16.279 orang dengan angka kematian sebanyak 167 orang," ujar Herlin dikonfirmasi Selasa (23/6).

Herlin menjelaskan, DBD merupakan penyakit menular yang disebabkan virus dengue, dan ditularkan melalui nyamuk  aedes aegypti dan aedes albopictus. Nyamuk ini mendapatkan virus dengue sewaktu menggigit atau menghisap darah orang yang sakit DBD, atau yang di dalam darahnya terdapat virus dengue.

Virus dengue yang terhisap akan berkembang biak dan menyebar ke seluruh tubuh nyamuk, termasuk kelenjar liurnya. Kemudian, bila nyamuk tersebut menggigit atau menghisap darah orang lain, virus akan dipindahkan bersama air liur nyamuk.

"Virus dengue akan menyerang sel   pembeku darah kecil (kapiler), akibatnya terjadi pendarahan dan kekurangan cairan bahkan bisa mengakibatkan syok," ujar Herlin.

Herlin menambahkan, faktor yang memengaruhi penyebarluasan penyakit DBD di antaranya adalah kepadatan penduduk, mobilitas penduduk, perilaku masyarakat, perubahan iklim global, dan ketersediaan air bersih. Herlin mengaku, pihaknya telah melakukan upaya-upaya untuk menghentikan penyebaran penyakit mematikan tersebut.

Di antaranya dengan melakukan pemberantasan sarang nyamuk yang melibatkan lintas sektor, seperti tokoh masyarakat, dan masyarakat itu sendiri. Tujuannya agar masyarakat terus melakukan pemberantasan sarang nyamuk secara rutin, serentak, bermutu, dan berkesinambungan.

Herlin mengaku, pihaknya juga terus memberikan informasi kepada masyarakat untuk segera merujuk atau membawa ke fasilitas kesehatan terdekat, apabila ada anggota keluarga dengan sakit dengan gejala DBD. Di antaranya gejalan demam, yang setelah dua hari tidak turun panasnya, bahkan setelah minum obat penurun panas.

"Kami juga melakukan pemantauan dan penatalaksanaan kasus DBD di fasilitas kesehatan yang merawat penderita DBD. Kabupaten/ kota agar menyiapkan sarana dan logistik pengendalian DBD di wilayahnya," kata Herlin.

Herlin mengimbau masyarakat untuk bersama-sama melakukan penguatan kegiatan pemberantasan sarang nyamuk dengan metode 3 M Plus secara rutin, minimal satu pekan sekalo. Yakni menguras bak mandi, menutup rapat tempat penampungan air, menyingkirkan atau mendaur ulang barang bekas, plus memberantas larva dan menghindari gigitan nyamuk.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement