Senin 22 Jun 2020 05:27 WIB
Gus Dur

Lucuan Gus Dur dan Hitler: Tertawalah Sebelum Dilarang

Tertawalah Sebelum Dilarang

Lagi pula, dalam soal urusan hukum lapor melapor terkait dengan sebuah lucuan, ada  nasihat berupa pepatah Jerman yang berbunyi begini: Humor itu ada sebagai pertanda manusia masih hidup. Dan di sana pun benar-benar sudah dipraktikkan.

Pada zaman fasisme Hitler misalnya tak ada orang Jeman yang masuk ke penjara ketika melucu atau bahkan terkesan menglok-olok elite partai Nazi. Mereka paling-paling dianggap pemabuk atau orang yang kecanduang alkohol hingga otak dan mulutnya seringkali tak sadar sehingga omongannya ngelantur. Bayangkan, di zaman Hitler ada joke atau lucuan yang sangat kurang ajar kepada partai yang berkuasa, yakni Partai Nazi. Guruan itu begini:

Menjelang tahun awal di dekade 1930-an, di ditengah puncak kekuasaan Partai Nazi yang dipimpin Hitler ternyata masih ada orang yang berani membuat lucuan atas model salam "Heil Hitler"--yang dilakukan dengan cara memberi hormat dengan lengan terentangnya--sebagai sesuatu yang konyol. Candaan ini dilakukan seorang direktur sirkus kota di Jerman bagian barat, Paderborn,  yang dia ternyata seorang oposan partai Sosial Demokrat (Nazi).

Konyolnya, entah kenapa saat itu dia berani melatih simpanse-simpanse sirkusnya untuk mengangkat lengan kanan  (menghormat ala salam Heil Hitler)  setiap kali mereka  melihat orang mengenakan seragam. Bahkan, para simpanse ini selalu memberi hormat kepada tukang pos yang datang ke rumahnya. Para binatang yang menyerupai manusia itu ternyata terkesan dengan seragam si-tukang pos.

Tak ayal lagi tingkah direktur sirkus kota Padebron memicu kehebohan publik. Waktu itu  karena Hitler tengah berkuasa maka dia pun dikecam atau istilah generasi milenial "di-bully" habis-habisan. Pak Direktur Sirkus kemudian menerima pemberitahuan resmi dari pihak berwenang yang secara resmi melarang simpansenya memberi hormat dengan meniru salam Heil Hitler tersebut. Bahkan, tak hanya itu dia pun mendapat ancaman pembunuhan. Tapi kemudian ternyata hanya sebatas itu saja, direktur sirkus kota Padebron di masa berikutnya aman-aman saja.

Lelucon lain yang menggambarkan kehidupan di bawah Nazi yang serba tegang dan serba mengacu pada ideologi partai (negara) terekam pada lucuan berupa dialog seorang pemuda Jerman kepada pacarnya.

"Ayah saya di SA (Sturmabteilung, organisasi paramiliter Partai Nazi , kakak tertua saya di SS (Partai Nazi), adik lelaki saya di HJ (Hitler Youth), ibu saya adalah bagian dari organisasi wanita Nazi, dan saya di BDM (kelompok organiasi pemuda Nazi)," kata seorang pemuda Jerman kepada teman gadisnya.

"Apakah kamu pernah bisa bertemu satu sama lain?" tanya balik sang gadis itu.

"Oh, ya, tentu kita bertemu setiap tahun dalam rapat umum partai di Nuremberg!" jawabnya kalem. Sang gadis hanya menanggapi dengan sinyum simpul. Dia pun berguman: Alangkah patriotiknya pacar saya. Semua demi negara. Semua demi Nazi dan Hitler.”

Nah, lucuan itu hanya salah satu dari sekian banyak candaan pada zaman Hitler yang menyebar ke seantero Jerman. Dan akibat saking banyaknya komentar atau lucuan yang kadang menohok seperti itu, pihak elite Nazi kemudian mengeluarkan undang-undang pada tahun 1933 dan 1934 yang isinya melarang komentar mengkritik rezim.

Untungnya saja aturan hukum itu tak bersifat fatal. Imbas atuan ini hanya membuat kasus-kasus pengadilan yang mencoba mengadili kasus terkait lucuan yang dianggap mengejek elite, hanya menghasilkan hukuman peringatan atau denda saja. Para hakim biasanya memeri sanksi ringan karena dianggap si pembuat lucuan hanya seorang pecandu alkohol sehingga mengoceh tak keruan karena tengah mabuk.

Dan kemudian, Hitler sendiri pada masa tahun 1940-an, malah kemudian memakai lucuan atau komedi sebagai bahan penyegar dari kejenuhan para prajurit dan rakyat Jerman yang kala itu hidup dalam suasana perang. Alhasil, film-film komedi yang misanya memparodikan kekonyolan tentara Italia, dijadikan alat hiburan di segenap penjuru negara hingga kawasan medan perang. Sosok diktator Italia, Musolini, dipalai sebagai bahan ledekan. Lelucon tentang kekonyolan pasukan Italia yang tidak terorganisasi disebarluaskan.

Akhirnya, tak usahlah ‘baperan’ ya. Ingat nasihat legenda komedi Warkop DKI Kasino: Tertawalah sebelum tertawa itu dilarang.  Sebab, memang benar juga kata mendiang Teguh Srimulat: Lucuan itu sesuatu yang aneh!

Makanya jangan cepat salah paham. Ayo ngguyu (Mari tertawa) seperti kata Mbak Waljinah dari Solo dalam lagu berikut ini:

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement