Jumat 19 Jun 2020 18:31 WIB

Pandu Riono: Edukasi Covid-19 Harus Lebih Membumi

Pandu Riono mengamati pemahaman masyarakat beragam soal Covid-19.

Warga melintas di dekat mural bergambar simbol orang berdoa menggunakan masker yang mewakili umat beragama di Indonesia di kawasan Juanda, Kota Depok, Jawa Barat, Kamis (18/6/2020). Mural yang dibuat oleh warga itu bertujuan untuk memberikan edukasi kepada masyarakat untuk menggunakan masker sebagai salah satu  pencegahan dan penyebaran Covid-19
Foto: Antara/Yulius Satria Wijaya
Warga melintas di dekat mural bergambar simbol orang berdoa menggunakan masker yang mewakili umat beragama di Indonesia di kawasan Juanda, Kota Depok, Jawa Barat, Kamis (18/6/2020). Mural yang dibuat oleh warga itu bertujuan untuk memberikan edukasi kepada masyarakat untuk menggunakan masker sebagai salah satu pencegahan dan penyebaran Covid-19

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Pakar epidemiologi Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia (FKM UI) Pandu Riono mengingatkan pemerintah untuk terus mengedukasi masyarakat tentang bahaya dan pencegahan Covid-19. Hal itu penting, terutama menghadapi era adaptasi normal baru.

"Jadi perlu edukasi masyarakat secara terus-menerus," katanya melalui sambungan telepon dengan Antara di Jakarta, Jumat.

Baca Juga

Pandu mengatakan bahwa banyak di antara masyarakat Indonesia yang sampai saat ini belum sepenuhnya memahami bahaya dan cara pencegahan Covid-19. Definisi new normal atau adaptasi kebiasaan baru yang tengah diupayakan pemerintah untuk memulihkan aktivitas ekonomi juga belum memasyarakat.

"Normal baru itu apa? Oh, normal. Ya sudah enggak usah serius-serius karena sudah normal. Jadi masyarakat itu (banyak yang) enggak ngerti," katanya.

Untuk itu, Pandu menyarankan pemerintah untuk memberikan edukasi lebih luas lagi sehingga menjangkau seluruh kalangan masyarakat, baik mereka yang bisa mengakses media-media edukasi pemerintah, maupun kepada masyarakat yang memiliki banyak keterbatasan.

"Yang miskin, yang kaya, yang kurang pendidikannya, yang enggak ngerti bahasa Indonesia. Masyarakat itu (masih banyak yang) enggak ngerti apa artinya normal baru. Mereka itu punya pemahaman yang berbeda-beda," ujarnya.

Oleh karena itu, selain edukasi terus menerus, pemerintah juga disarankan untuk membuat strategi komunikasi yang efektif dengan bahasa yang mudah dimengerti. Dengan bahasa yang lebih membumi, masyarakat dapat memahami tujuan penerapan protokol kesehatan.

"Jadi jangan membuat regulasi-regulasi yang tidak mungkin dipatuhi masyarakat, karena masyarakat enggak tahu. Jadi yang terpenting adalah memberikan edukasi, mengajak masyarakat lebih luas lagi," katanya.

Dengan edukasi dan strategi komunikasi yang efektif, menurut Pandu, masyarakat diharapkan akan dapat memahaminya dan membuat perubahan perilaku yang sesuai dengan kondisi yang ada dan mematuhi protokol kesehatan yang dianjurkan. Dengan begitu, mereka tetap dapat menjalankan aktivitas, namun tetap aman dari wabah Covid-19.

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement