Jumat 19 Jun 2020 15:58 WIB

Emil: Kualitas Air Sungai Citarum Tercemar Ringan

Penurunan limbah industri di sungai Citarum tidak disertai penurunan limbah domestik

Rep: arie lukihardianti/ Red: Hiru Muhammad
Warga memperhatikan kondisi sampah yang menutupi permukaan Sungai Cikapundung Baru yang bermuara ke Sungai Citarum di Dayeuhkolot, Kabupaten Bandung, Rabu (1/4). Berdasarkan keterangan warga, sudah tiga hari sampah tersebut mengendap di Sungai Cikapundung Baru dan berharap kepada dinas terkait untuk segera melakukan penanganan atau pengerukan di area tersebut guna meminimalisir risiko terjadinya banjir di kawasan tersebut
Foto: ABDAN SYAKURA/REPUBLIKA
Warga memperhatikan kondisi sampah yang menutupi permukaan Sungai Cikapundung Baru yang bermuara ke Sungai Citarum di Dayeuhkolot, Kabupaten Bandung, Rabu (1/4). Berdasarkan keterangan warga, sudah tiga hari sampah tersebut mengendap di Sungai Cikapundung Baru dan berharap kepada dinas terkait untuk segera melakukan penanganan atau pengerukan di area tersebut guna meminimalisir risiko terjadinya banjir di kawasan tersebut

REPUBLIKA.CO.ID, BANDUNG--Gubernur Jawa Barat (Jabar) Ridwan Kamil menyatakan, kualitas air Sungai Citarum terus meningkat. Saat ini, menurut Ridwan Kamil, Sungai Citarum berada di tingkat tercemar ringan. 

"Kualitas air citarum sudah melebihi dari target awal 2020 adalah cemar sedang tapi perhari ini sudah cemar ringan di angka 40,67," ujar Ridwan Kamil yang akrab disapa Emil, Kamis malam (18/6).

Menurut Emil, peningkatan kualitas air Sungai Citarum tidak lepas dari peran Satgas Citarum Harum menangani limbah industri. "Penanganan limbah industri paling baik dan menghasilkan indeks kualitas pencemaran yang jauh sudah lebih membaik," katanya. 

Emil mengatakan, ada 43 industri yang melanggar regulasi dan diproses hukum. Kejaksaan melaporkan, 7 perusahaan sudah inkrah dan dihukum denda Rp 100 juta sampai Rp 1 miliar. "Kemudian, satu (industri) banding dan delapan masih sidang. Total ada 43 industri yang diproses, jadi penegakkan hukum masih terus berjalan," katanya.

Namun, kata Emil, penurunan limbah industri di Sungai Citarum tidak disertai dengan penurunan limbah domestik. Satgas Citarum Harum sudah berinovasi dengan membangun pengolahan sampah domestik, seperti incinerator mini. Maka itu, ia mengimbau masyarakat untuk tidak membuang sampah ke Sungai Citarum.

"Kami menemukan industri sudah membaik, tapi (limbah) domestik masih bermasalah walaupun kita sudah ada berbagai inovasi termasuk incinerator mini. Jadi, masalah kita adalah domestic waste, kalau limbah industri sudah membaik," katanya. 

Emil melaporkan, pihaknya hingga kini sudah menanam 1,8 juta batang pohon di sekitar 1.100 hektare DAS Citarum. Sejumlah perusahaan swasta pun telah berkomitmen akan menanam sekitar 10 juta batang pohon selama lima tahun. 

Kemudian, pembuatan sedimentasi sudah mencapai 2 juta kubik. Kang Emil mengatakan, 17 lokasi sudah siap untuk pembangunan TPS Terpadu, namun 60 lokasi lainnya masih menunggu arahan dari Kementerian PUPR.

"Belum ada arahan, dulu janji Pak Menteri PUPR adalah mengizinkan sempadan untuk bisa dibangunkan IPAL dan Oxbow, karena kami di lapangan mau menentukan titiknya kalau sudah ada surat izin dari Menteri PUPR kami akan pilih lokasi terbaik," katanya. 

Emil mengatakan, anggaran dalam penanganan Citarum Tahun 2020 direalokasi untuk penanganan COVID-19.  Anggaran yang jadi Rp1,8 triliun itu kemudian turun lagi karena adanya pandemi COVID-19. Maka, anggaran yang ada itu tinggal 14 persen dari total awal Rp5,3 triliun. 

"Jadi, bisa dibayangkan tanpa anggaran kami tidak bisa mengejar 100 persen target yang multidimensi karena anggarannya hanya 14 persen," kata Emil seraya mengatakan, kebijakan dari pemerintah pusat adalah bagaimana target 2025 dibebankan ke 2021, 2022 dan seterusnya yang harus menambahi kompensasi gap 2020 yang kena realokasi akibat Covid-19. 

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement