REPUBLIKA.CO.ID, oleh Dadang Kurnia, Antara
Pemkot Surabaya mempertanyakan data pasien terkonfirmasi positif Covid-19 Gugus Tugas Provinsi Jawa Timur (Jatim) yang sering meleset dan sering tidak sinkron dengan data Gugus Tugas Surabaya. Menurut Koordinator Bidang Pencegahan Gugus Tugas Percepatan Penanganan Covid-19 Surabaya, Febria Rachmanita tingkat ketidaksinkronan data tersebut bahkan sampai di atas 50 persen.
Febria mencontohkan beberapa waktu lalu, pihaknya mendapat data dari Gugus Tugas Provinsi Jatim ada warga terkonfirmasi positif Covid-19 di wilayah Sidosermo, Surabaya. Namun, setelah dicek petugas Puskesmas di lapangan, ternyata sudah tiga bulan orang tersebut tak tinggal di alamat itu dan tinggal di luar Kota Surabaya.
“Akhirnya kita protes dan dikembalikan ke daerahnya dan itu terjadi banyak. Akhirnya setelah kita argumen ya diterima. Sehingga provinsi mengakui yang data kita akhirnya,” ujar Febria di Surabaya, Kamis (18/6).
Febria mengatakan, data pasien terkonfirmasi positif Covid-19 di Surabaya yang diterima dari Gugus Tugas Provinsi Jatim beberapa hari terakhir, ternyata tidak sesuai fakta di lapangan. Misalnya, pada 14 Juni 2020, data yang diterima ada 180 warga Surabaya yang terkonfirmasi positif Covid-19. Namun, kata dia, setelah dicek di lapangan, hanya 80 orang.
Kemudian, pada 15 Juni 2020, data pasien terkonfirmasi positif Covid-19 yang diterima dari Gugus Tugas Jatim sebanyak 280 orang. Tapi, setelah dicek hanya 100 orang. Selanjutnya pada 16 Juni 2020, Gugus Tugas Covid-19 Surabaya menerima data 149 kasus terkonfirmasi positif Covid-19, dan setelah dicek ternyata hanya ada 64 orang.
“Kita lakukan pengecekan. Begitu kita dapat data dari provinsi. Puskesmas akan mencari apakah benar orangnya ada di situ, apakah benar orang itu tinggal di situ, apakah benar alamat itu ada,” kata Febria.
Menurut Febria, adanya perbedaan data antara Gugus Tugas Provinsi Jatim dan Surabaya, sering kali karena ada nama maupun alamat ganda. Bahkan, ada pula data yang setelah di-tracing ternyata orang itu sudah tidak berdomisili di Surabaya, meski masih menggunakan KTP Surabaya.
“Ada juga dia pakai alamat KTP saudaranya di Surabaya, padahal orangnya tinggalnya di luar kota. Dia ke sini (Surabaya) berobat pakai alamat kakaknya dan itu sering terjadi,” ujar Febria.
Febria menegaskan, sebelum menyampaikan perkembangan kasus Covid-19 di Surabaya ke publik, pihaknya melakukan verifikasi di lapangan untuk memastikan validitas dan faktualitas data dari Gugus Tugas Covid-19 Jatim.
Verifikasi dilakukan petugas Puskesmas setempat. Bahkan, kata dia, petugas Puskesmas juga melakukan pengecekan di rumah sakit rujukan maupun non rujukan di Surabaya.
“Jadi kita tidak mengakui data itu sebelum Puskesmas ok. Kita harus cek verifikasi ke lapangan. Selain ke tempat, Puskesmas juga cek ke rumah sakit-rumah sakit,” ujar Febria.
Febria berharap, Gugus Tugas Provinsi Jatim sebelum menyampaikan perkembangan data pasien terkonfirmasi positof Covid-19, untuk melakukan verifikasi untuk memastikan validitas data tersebut. Sehingga, hal itu tidak menjadi persepsi publik bahwa data yang dimiliki Gugus Tugas Provinsi Jatim dan Surabaya tidak sinkron.
“Data konfirmasi dari pusat itu turun ke provinsi, kemudian provinsi turun ke kota. Nah, kalau data itu tidak sesuai, ya harusnya provinsi mengubah data tersebut sesuai dengan yang kita lakukan tracing. Harusnya mengumumkan data itu setelah diverifikasi,” kata Febria.
Meski data pasien terkonfirmasi positif Covid-19 Gugus Tugas Provinsi Jatim dan Surabaya sering tidak sinkron, Febria menyatakan, pihaknya akan terus bekerja keras untuk menangani dan memutus mata rantai penyebaran Covid-19. Dia juga mengaku akan memasifkan tracing serta tes massal, baik rapid test maupun swab.
Sekretaris Daerah Provinsi Jawa Timur, Heru Tjahjono, membantah tuduhan Gugus Tugas Percepatan Penanganan Covid-19 Surabaya yang menyebut, data Covid-19 yang dikeluarkan Pemprov sering salah dan tanpa verifikasi. Menurutnya, data Covid-19 yang dikeluarkan Gugus Tugas Covid-19 Jatim sesuai dengan apa yang terjadi di lapangan.
"Jadi Pemerintah Provinsi (Jatim) tidak akan menyebarkan informasi berupa data yang tidak didasari oleh, satu adalah kondisi lapangan. Kedua, data itu diolah oleh pakar-pakar. Jadi tidak mungkin," ujar Heru di Surabaya, Kamis (18/6).
Heru menegaskan, pihaknya tidak mungkin mengeluarkan data yang tidak sesuai dengan yang terjadi di lapangan. Karena, kata dia, akan sangat berdosa jika Pemprov Jatim melakukan manipulasi data. Apalagi, data Covid-19 yang dikeluarkan berkaitan dengan nyawa orang lain.
"Kita tidak mungkin mengeluarkan (data) yang tidak sesuai dengan lapangan. Berdosa. Misal (pasien) tinggalnya di Sidoarjo, KTP-nya di Surabaya, itu mesti di-clear-kan. Gak mungkin pak (asal-asalan), urusannya dengan orang mati. Dan dosa pak, ngawur ae," ujar Heru.
Tambahan kasus
Berdasarkan catatan gugus tugas provinsi, total kasus pasien positif Covid-19 di Jatim hingga Rabu (17/6) sebanyak 8.529 orang atau bertambah 208 orang. Sebanyak 208 orang itu terdiri atas 81 orang dari Surabaya, masing-masing 37 orang dari Sidoarjo dan Tulungagung, 25 orang dari Gresik, 10 orang dari Kabupaten Pasuruan, tujuh orang dari Kabupaten Malang, masing-masing tiga orang asal Kota Batu dan Kota Pasuruan, dua orang dari Kota Malang, serta masing-masing satu orang dari Bondowoso, Kabupaten Kediri, dan Kabupaten Mojokerto.
Sedangkan, kasus meninggal dunia akibat Covid-19 di Jatim bertambah sembilan orang. Sehingga, secara keseluruhan mencapai 667 orang atau 7,82 persen dengan rincian empat orang asal Gresik, dua orang asal Sidoarjo, dan masing-masing satu orang asal Jombang, Lamongan dan Kota Malang.
Selain itu, Gugus Tugas Percepatan dan Penanganan Covid-19 Jatim mencatat tingkat kesembuhan pasien terkonfirmasi positif di wilayah setempat mencapai 28,83 persen atau 2.459 orang.
"Alhamdulillah, kami ucapkan rasa syukur. Hari ini tambahannya 75 orang yang sembuh sehingga secara keseluruhan sebanyak 2.459 orang," ujar Ketua Rumpun Kuratif Gugus Tugas Percepatan dan Penanganan Covid-19 Jawa Timur dr Joni Wahyuhadi di Surabaya, Rabu (17/6) malam.
Ia mengapresiasi seluruh tenaga medis dan pihak yang membantu hingga pasien yang semula dirawat saat ini sudah diperbolehkan pulang karena terkonversi negatif. Tambahan pasien sembuh baru 75 orang terdiri atas 45 orang asal Kota Surabaya, sembilan orang asal Jember, enam orang asal Sidoarjo, lima orang asal Tuban, empat orang asal Gresik, dua orang asal Kabupaten Pasuruan, serta masing-masing satu orang asal Kota Probolinggo, Kota Mojokerto, Bojonegoro, dan Tulungagung.