REPUBLIKA.CO.ID, oleh Febrian Fachri
Nurbaiti (57) warga Rawang Ketaping, Kecamatan Kuranji, Kota Padang mengaku semula tidak percaya anaknya Ns Risa Afrina (25) meninggal saat bertigas sebagai perawat pasien Covid-19 di Semen Padang Hospital (SPH) pada Selasa (16/5). Nurbaiti yang merupakan petani dan pedagang sayuran di Kota Padang mengatakan, Risa kemarin berangkat bekerja ke SPH dalam keadaan sehat seperti hari-hari biasa. Jarak rumah Risa dengan SPH hanya sekitar 1,2 kilometer.
"Pagi Risa pamit kepada saya untuk berangkat kerja. Dia dalam keadaan sehat. Dia tidak ada riwayat sakit apalagi tidak pernah dirawat di rumah sakit," kata Nurbaiti kepada Republika di kediamannya, Rabu (17/6).
Nurbaiti menceritakan , menjadi perawat merupakan hal yang dicita-citakan Risa sejak kecil. Risa merupakan tamatan Fakultas Keperawatan Universitas Andalas Padang Angkatan 2013. Nurbaiti menyebut Risa ingin menjadi perawat karena saat masih kecil, pernah mendengarkan harapan orang tuanya. Suatu ketika Nurbaiti pernah berucap punya keinginan satu di antara 5 anaknya ada yang bekerja di rumah sakit.
Impian Risa baru tercapai tahun ini di mana ia diterima menjadi perawat di SPH, khusus untuk menangani pasien Covid-19. Sebelumnya, saat masih mahasiswa, Risa juga pernah magang di SPH selama 5 bulan.
Risa merupakan anak kedua dari lima bersaudara. Dari lima anaknya itu menurut Nurbaiti, Risa yang paling disiplin dan tekun. Risa tidak pernah meninggalkan ibadah wajib seperti sholat dan puasa. Selain itu, Nurbaiti juga kerap melihat Risa sholat sunah dan puasa sunah. Kini, Nurbaiti dan keluarga sudah mengikhlaskan kepergian Risa.
"Selama ini Risa ini yang paling taat. Dia rajin sholat dan puasa sunah. Allah sangat menyayangi Risa. Kami ikhlas," ujar Nurbaiti.
Hingga hari ini masih banyak sanak keluarga dan kerabat yang melayat ke rumah Risa. Menurut Nurbaiti, Risa selama ini pandai bergaul. Bahkan sejak kemarin, teman-teman Risa dari TK, SD, SMP, SMA, teman kampus sampai teman magang silih berganti datang melayat ke rumahnya.
Sebelumnya diberitakan, seorang perawat Ns Risa Afrina yang bekerja di ruangan perawatan Covid-19 di Semen Padang Hospital meninggal dunia pada Selasa (16/6). Risa yang diketahui baru berusia 25 tahun meninggal saat bertugas di hari pertama sebagai Nakes di ruangan Covid -19 SPH.
Direktur Utama SPH Farhaan Abdullah mengatakan, pada Selasa juga adalah hari pertama Risa bertugas sebagai nakes ruangan Covid di SPH. Risa merupakan 1 dari 30 orang nakes baru yang direkrut SPH untuk penanganan Covid-19.
"Dia (Risa Afrina) baru berdinas hari pertama kemarin itu. Dua hari sebelumnya dia bersama nakes baru lainnya kami berikan materi dan pembekalan penanganan covid," kata Farhaan, Rabu (17/6).
Farhaan menyebut Risa meninggal karena dugaan serangan jantung. Karena hasil visum luar yang telah dilakukan tim medis SPH, tidak ada temuan penyebab lain dari diri Risa. Ia menyebut kecil kemungkinan Risa meninggal karena kelelahan karena ia baru sekitar 1 jam menggunakan APD level III.
Farhaan juga menyebut tidak mungkin Risa meninggal karena Covid. Karena, Covid-19 tidak memberikan reaksi terlalu cepat. Sementara, Risa baru hari pertama menangani pasien Covid. Dan hasil uji swab Risa di Laboratorium Fakultas Kedokteran Unand juga negatif dari virus corona.
"Kalau kecapekan tidak masuk akal karena baru kerja 1 hari dan baru 1-2 jam menggunakan APD level III. Kalau dehidrasi itu biasanya kalau lebih dari 6 jam," ucap Farhaan.
Risa sudah dimakamkan kemarin di salah satu tempat pemakaman di Kota Padang. Pihak Semen Padang Hospital kemarin memberikan penghormatan saat melepas jenazah Risa. Semua karyawan dan petugas di SPH melepas kepergian Risa dengan lagu Gugur Bung.
Menurut Farhaan, meninggalnya Risa menjadi duka mendalam bagi SPH. Risa dianggap sebagai pahlawan yang sudah berjuang mempertaruhkan nyawa demi menangani kasus covid-19 di Sumbar.