REPUBLIKA.CO.ID, MAGETAN - Sejumlah warga di Kabupaten Magetan, Jawa Timur membudidayakan jeruk dekopon yang merupakan tanaman asal Jepang hingga beromzet puluhan juta rupiah setiap bulannya saat panen.
Penggagas budi daya jeruk dekopon, Ahmad Baikuni mengatakan menanam jeruk dekopon terbilang cukup menjanjikan. Tingginya permintaan buah tersebut tak surut di masa pandemi Covid-19, bahkan permintaan terus meningkat.
"Penjualan jeruk dekopon hingga ke luar kota, seperti Jakarta dan Pasuruan. Peminatnya adalah supermaket-supermaket," ujar Ahmad Baikuni di sentra penanaman jeruk dekopon di Desa Duwet, Kecamatan Plaosan, Kabupaten Magetan, Selasa (16/6).
Menurut dia, saat ini sudah tertanam sekitar 5.000 pohon jeruk dekopon di sejumlah daerah Kabupaten Magetan. Tanaman-tanaman jeruk itu dikelola oleh beberapa petani.
Dengan usia tanaman hampir 3 tahun, petani bisa memanen antara 150 hingga 200 kilogram per 100 pohon jeruk, atau sekitar 7 hingga 8 kwintal per bulan.
"Untuk harga, tergolong sangat bagus. Setiap kilogramnya jeruk dekopon dijual seharga Rp50 ribu di tingkat eceran," kata dia.
Dengan harga yang masih cukup tinggi, petani mampu meraup omzet Rp35 juta hingga Rp40 juta per bulan. Keuntungan semakin dirasakan karena jeruk dekopon bisa dipanen kapanpun tanpa mengenal musim.
Ahmad Baikuni menambahkan, pihaknya saat ini masih mencari formula untuk bisa meningkatkan pendapatan bagi para petani. Salah satunya dengan membuat konsep wisata petik jeruk sendiri di pohon, seperti petik stroberi yang sudah ada di sekitar kawasan Telaga Sarangan Magetan.
Dengan dikembangkan untuk mendukung agrowisata di Magetan, pihaknya berharap jeruk dekopon semakin banyak dikenal dan diminati selain Jeruk Pamelo yang telah menjadi ikon di Magetan.