REPUBLIKA.CO.ID, CIREBON -- Di tengah pandemi Covid-19, penyakit demam berdarah dengue (DBD) juga mengintai warga di Kabupaten Cirebon. Sejak awal Januari hingga pertengahan Juni 2020, tercatat ada 463 kasus DBD di Kabupaten Cirebon.
‘’Dari jumlah kasus itu, sebanyak 11 orang meninggal dunia,’’ kata Kepala Bidang Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Dinas Kesehatan (Dinkes) Kabupaten Cirebon, Nanang Ruhyana, Jumat (12/6).
Nanang mengatakan, kasus DBD itu menyebar di berbagai kecamatan. Namun, kasus DBD tertinggi tercatat di Kecamatan Plumbon sebanyak 45 kasus, Greged 39 kasus, Lemahabang 30 kasus, Plered 28 kasus, dan Babakan dengan 26 kasus.
Dari sisi wilayah kerja puskesmas, puskemas yang menangani pasien DBD terbanyak adalah Plumbon dengan 36 kasus dan tiga korban meninggal dunia. Kemudian, Sindanglaut 30 kasus, Babakan 26 kasus, Jamblang 26 kasus, dan Ciledug 22 kasus.
Nanang mengungkapkan, meski saat ini kasus DBD sudah mencapai lebih dari 400 kasus, namun jumlahnya mengalami penurunan dibandingkan periode yang sama pada tahun sebelumnya. Dia menyebutkan, sejak awal sampai Juni 2019, kasus DBD di Cirebon ada sekitar 1.000 kasus.
Nanang mengimbau warga tetap mewaspadai penyakit DBD. Pasalnya, penyakit yang disebabkan virus dengue dan disebarkan oleh nyamuk aedes aegypti itu bisa menyebabkan kematian.
‘’Terapkan pola hidup bersih dan sehat, lakukan pemberantasan sarang nyamuk dengan 3M Plus,’’ tegas Nanang.
Dengan metode 3M Plus, warga diminta untuk menguras, menutup, dan mengubur tempat penampungan air. Selain itu, upaya pencegahan tambahan (plus) sesuai saran Kementerian Kesehatan di antaranya memelihara ikan pemakan jentik nyamuk, menggunakan obat anti nyamuk, dan menaburkan larvasida pada penampungan air yang sulit dikuras.
‘’Jangan lupa selalu terapkan juga pencegahan Covid-19 dengan memakai masker, mencuci tangan dengan sabun/hand sanitizer, jaga jarak dan tidak keluar rumah jika tidak ada keperluan mendesak,’’ tandas Nanang.