REPUBLIKA.CO.ID,TASIKMALAYA -- Aparat tentara dan polisi dibantu warga sekitar membuat jembatan darurat untuk warga yang terisolasi di Kampung Bugel, Desa Bugel, Kecamatan Ciawi, Kabupaten Tasikmalaya, pada Kamis (11/6). Sekira 60 kepala keluarga (KK) di kampung itu terisolasi lantaran jembatan di lokasi itu terputus akibat longsor yang terjadi pada Rabu (10/6).
Kapolres Tasikmalaya Kota, AKBP Anom Karibianto mengatakan, jembatan darurat itu akan digunakan untuk akses warga sementara waktu. Sebab, warga tak bisa beraktivitas akibat jembatan itu terputus longsor.
"Ada jalan setapak, tapi harus melewati jurang dan rawan longsor juga. Bahaya. Mangkanya kita buat jembatan darurat untuk sementara," kata dia, Kamis.
Menurut dia, progres pembuatan jembatan darurat itu baru mencapai 50 persen hingga Kamis sore. Diperkirakan, jembatan baru bisa digunakan pada Jumat (12/6).
"Kita harap besok bisa dilewati, meski terbatas. Sebab di kampung itu ada dua perempuan hamil tua. Jadi kita siagakan juga bidan desa dan aparat kesehatan untuk antisipasi kalau sudah waktunya melahirkan," kata dia.
Anom mengingatkan warga untuk tetap waspada menghadapi bencana. Pasalnya, hingga saat ini masih sering terjadi hujan dengan intensitas tinggi.
Ia menambahkan, warga yang mengetahui kejadian bencana dapat langsung melaporkan kepada pihak berwenang. Dengan begitu, penanganannya akan cepat dilakukan.
Sebelumnya, sebuah jembatan dengan panjang sekira 20 meter di Kampung Bugel, Desa Bugel, Kecamatan Ciawi, Kabupaten Tasikmalaya, terputus tertimpa longsor yang terjadi pada Rabu (10/6). Akibatnya, sekira 60 KK terisolasi.
Kepala Desa Bugel, Ruhimat mengatakan, longsor yang terjadi di wilayah itu disebabkan hujan deras yang terjadi sejak Selasa (9/6). Padahal, jembatan itu baru digunakan dua hari oleh warga.
"Jembatan ini baru diperbaiki selama satu bulan lalu dan baru digunakan dua hari, tapi sekarang hilang tertimpa longsor," kata dia sambil menunjukan sisa besi jembatan yang tertimpa longsor itu, Rabu.
Ia menyebutkan, awalnya dibangun permanen pada 2018. Namun, pada Februari 2020, jembatan itu tertimpa longsor. Atas dasar hasil musyawarah desa, pemerintah desa menganggarkan untuk permbangunan ulang jembatan permanen itu menggunakan dana desa.
Ruhimat mengatakan, anggaran yang digunakan untuk pembangunan itu berkisar Rp 51 juta. Selama satu bulan, jembatan itu selesai dibangun. Setelah selesai dibangun, warga bisa melintasi jembatan itu, bahkan dengan kendaraan roda empat. Namun, baru dua hari digunakan, jembatan itu tertimpa longsor.
"Kerugian, jembatan ini dibuat dengan dana desa sekira Rp 51 juta. Dan sekarang hangus terbawa longsor semua," kata dia sambil menunjukan laporan penggunaan anggaran dana desa untuk pembangunan jembatan itu, yang tertuang dalam sebuah spanduk yang masih terpampang di dekat jembatan tersebut.
Ruhimat mengatakan, akibat terputusnya jembatan tersebut, sekira 60 KK di kampung itu terisolasi. Sebab, jembatan itu merupakan satu-satunya akses yang bisa dilalui kendaraan. Kalaupun warga hendak melintas, mereka harus menyusuri jalan setapak menuruni tebing dengan berjalan kaki.
Republika mencoba jalan setapak yang bisa dilalui untuk warga melintas. Namun, kontur jalan terjal karena harus menuruni tebing memutari jembatan yang tertimpa longsor. Selain itu, jalan itu juga lebih jauh berkali-kali lipat dibanding melalui jembatan.
Longsor yang terjadi di Kampung Bugel tak hanya memutus jembatan. Menurut Ruhimat, longsor juga memutus tiga saluran irigasi sawah dan dua saluran air warga.