Kamis 11 Jun 2020 19:16 WIB

Sate Pak Manto Habiskan 10 Tabung Bright Gas Tiap Hari

Sate kambing pak Manto konsisten menggunakan LPG non subsidi biright gas.

Rep: Binti Sholikah/ Red: Dwi Murdaningsih
Petugas melakukan pengisian ulang tabung gas di Stasiun Pengisian dan Pengangkutan Bulk Elpiji (SPPBE) Pertamina, Bandung, Jawa Barat, Selasa (9/6/2020). PT Pertamina MOR III menyatakan konsumsi elpiji untuk sektor rumah tangga yakni produk elpiji subsidi 3 kilogram, Bright Gas 5,5 kilogram dan 12 kilogram pada akhir pekan lalu mencapai 7.126 Metric Ton (MT) per harinya dan terhitung relatif stabil dibandingkan pada konsumsi normal bulan Januari - Februari 2020 yaitu sekitar 7.150 Metric Ton (MT) per hari.
Foto: ANTARA /M Agung Rajasa/foc.
Petugas melakukan pengisian ulang tabung gas di Stasiun Pengisian dan Pengangkutan Bulk Elpiji (SPPBE) Pertamina, Bandung, Jawa Barat, Selasa (9/6/2020). PT Pertamina MOR III menyatakan konsumsi elpiji untuk sektor rumah tangga yakni produk elpiji subsidi 3 kilogram, Bright Gas 5,5 kilogram dan 12 kilogram pada akhir pekan lalu mencapai 7.126 Metric Ton (MT) per harinya dan terhitung relatif stabil dibandingkan pada konsumsi normal bulan Januari - Februari 2020 yaitu sekitar 7.150 Metric Ton (MT) per hari.

REPUBLIKA.CO.ID, SOLO - Sate Kambing Pak Manto merupakan salah satu kuliner legendaris di Kota Solo. Saking ramainya pembeli, kuliner yang tergolong usaha mikro, kecil dan menengah (UMKM) tersebut setidaknya menghabiskan sekitar 300 tabung Bright Gas setiap bulannya.

PT Pertamina (Persero) memberikan apresiasi para pengusaha UMKM yang dianggap setia menggunakan produk LPG Non Subsidi yakni Bright Gas untuk kebutuhan usaha kuliner mereka. Sate Kambing Pak Manto di Solo dianggap sebagai salah satu UMKM kuliner yang setia menggunakan Bright Gas.

Baca Juga

Pengelola warung kuliner Sate Kambing Pak Manto, Vita, mengatakan, penggunaan LPG Bright Gas membuat nyaman dan meningkatkan rasa aman dari para pegawai di Sate Kambing Pak Manto. "Varian yang kami pilih adalah tabung Bright Gas ukuran 5,5 kilogram. Tabungnya tidak terlalu besar, mudah digunakan dan cukup di ruangan terbatas seperti tempat kami. Penggunaannya pun bisa dikatakan awet dan mencukupi setiap tungku disini," ujarnya seperti tertulis dalam siaran pers, Kamis (11/6).

Vita mengungkapkan, penggunaan LPG Bright Gas di warung Sate Kambing Pak Manto telah berlangsung selama lebih dari dua tahun. Warung yang terkenal dengan menu tengkleng rica tersebut nyaman menggunakan Bright Gas karena memiliki keunggulan pada katupnya berupa Double Spindle sehingga memiliki perlindungan ganda.

"Rata-rata kami butuh 10 tabung Bright Gas per hari atau sekitar 300 tabung setiap bulannya. Alhamdulillah tabung pink ini mudah didapat. Ketika warung kami ramai dan butuh tambahan tabung gampang beli isi ulangnya," tambahnya.

Sementara itu, Pjs General Manager Pertamina Marketing Operation Region (MOR) IV, Teuku Johan Miftah menjelaskan, Pertamina terus memastikan ketersediaan LPG khususnya jenis Non subsidi yakni Bright Gas di Outlet LPG Pertamina. Produk LPG Pertamina terbagi menjadi dua kategori yakni subsidi dan non subsidi.

Dalam memenuhi kebutuhan masyarakat terutama produk LPG, Pertamina berupaya mengampanyekan penggunaan produk LPG non subsidi bagi masyarakat golongan mampu. "Salah satu upaya kami untuk memudahkan para konsumen dapat mudah menjangkau Bright Gas adalah dengan menghadirkan Program Pinky Movement yakni kolaborasi program kemitraan Pertamina yang ditujukan bagi UKM dan UMKM yang ingin mengembangkan usaha yang dimilikinya saat ini, untuk selanjutnya berkembang dengan memiliki usaha outlet Bright Gas," papar Teuku Johan.

Sementara itu, Unit Manager Comm & CSR MOR IV, Anna Yudhiastuti menjelaskan Program Kemitraan merupakan inisiasi dari Kementerian BUMN sesuai dengan Peraturan Menteri BUMN No. Per-09/MBU/07/2015 dan No. Per-02/MBU/04/2020 mengenai Program Kemitraan dan Bina Lingkungan BUMN. "Secara umum, Program Kemitraan adalah pemberian pinjaman modal kepada para pelaku usaha mikro, kecil dan menengah (UMKM). Dana yang disalurkan adalah dana bergulir yang ditujukan untuk meningkatkan kemampuan usaha kecil di tujuh sektor usaha yaitu sektor industri, perdagangan, pertanian, peternakan, perkebunan, perikanan dan usaha jasa," ucap Anna.

Ada beberapa syarat bagi para pelaku usaha UMKM untuk bisa menerima program PKBL Pertamina. Di antaranya, Badan Usaha atau Perseorangan memiliki aset bersih maksimal Rp 500 juta, tidak termasuk tanah dan bangunan, omzet usaha tidak lebih dari Rp 2,5 miliar dan kegiatan usahanya sudah berjalan setidaknya selama setahun dan berdiri sendiri.

Anna menambahkan, Pertamina berharap pinjaman modal untuk UKM dan UMKM tersebut dapat membantu usaha mikro yang saat ini berjuang di tengah pandemi Covid-19.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement