REPUBLIKA.CO.ID, Oleh Bayu Adji P
GARUT -- Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Garut resmi membuka kembali sejumlah destinasi wisata pada Senin (8/6), setelah lebih dari dua bulan ditutup akibat terjadinya pandemi Covid-19. Pembukaan dilakukan sebagai bagian dari adaptasi kebiasaan baru (AKB) di Kabupaten Garut.
Dosen Ilmu Sosial, Universitas Garut, Agus Barkah menilai, proses pembukaan destinasi wisata di Kabupaten Garut terlalu terburu-buru. Apalagi Pemkab Garut belum melakukan sosialisasi terkait konsep AKB yang saat ini diterapkan.
"Dalam konsep AKB kan ada tahapannya. Sepanjang memenuhi izin dari pusat, saya pikir tak ada masalah. Sayangnya, di Garut saya melihat sosialisasi masih kurang. Itu yang berbahaya," kata dia saat dihubungi Republika, Selasa (9/6).
Menurut dia, kurangnya sosialisasi berpotensi menimbulkan asumsi bahwa pembukaan destinasi wisata berarti pandemi Covid-19 telah usai. Akibatnya, fase AKB di Garut justru menjadi masalah baru.
Agus menyarankan, Pemkab Garut mengkaji ulang terkait pembukaan destinasi wisata pada masa pandemi Covid-19 sebab kebutuhan orang untuk berwisata juga belum terlalu tinggi. Apalagi jika melihat kasus positif Covid-19 di Kabupaten Garut terus mengalami peningkatan.
Kepala Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Kabupaten Garut, Budi Gan Gan mengatakan seluruh destinasi wisata, kecuali wisata air (renang), kembali beroperasi dengan tetap menerapkan protokol kesehatan. Untuk tahap awal pembukaan, Pemkab Garut hanya menerima wisatawan dari wilayah Jawa Barat (Jabar). Sementara wisatawan dari luar Jabar harus membawa surat keterangan sehat atau hasil uji cepat (rapid test) yang menyatakan negatif.
"Kalau warga Jabar tidak perlu (rapid test). Cukup datang ke destinasi dan diperiksa suhu tubuhnya, dan mematuhi seluruh protokol kesehatan," kata dia.
Tahap awal ini akan dilakukan selama dua pekan. Setelah itu, pihaknya akan melakukan evaluasi ihwal efektivitas pembukaan destinasi wisata dan kaitannya dengan penanganan Covid-19 di Garut.
Budi menyebutkan, sejumlah protokol kesehatan yang harus diterapkan adalah, pertama wisatawan dan pengelola semua harus pakai masker. Kedua, pengelola dan wisatawan harus selalu cuci tangan, baik dengan sabun atau hand sanitizer. Ketiga, selalu jaga jarak. Keempat, setiap masuk lokasi selalu diperiksa suhu tubuhnya. Kelima, penyelenggara, semua wajib memperhatikan PHBS.
"Itu menjadi protokol kesehatan yang harus diperhatikan oleh seluruh pengelola wisata di Garut," kata dia.
Pembukaan destinasi wisata di wilayah Priangan Timur tak hanya dilakukan Pemkab Garut. Pemkab Pangandaran lebih dulu membuka diri untuk wisatawan yang hendak berlibur sejak Jumat (5/6).
Kepala Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Kabupaten Pangandaran, Untung Saeful Rachman mengatakan, terdapat sejumlah wisatawan yang berkunjung sejak destinasi dibuka. Wisatawan yang datang umumnya mengincar kawasan pantai, seperti Pantai Pangandaran dan Pantai Batukaras.
"Ada beberapa destinasi ramai seperti pantai Batukaras, Karapyak, dan Pangadaran," kata dia, saat dihubungi Republika, Senin (8/6).
Sementara di Kabupaten Ciamis, Pemkab Ciamis berencana membuka kembali destinasi wisata setelah selesainya perpanjangan PSBB parsial pada 12 Juni. Kepala Dinas Pariwisata Kabupaten Ciamis, Wasdi Izudin mengatakan, sebelum dibuka kembali destinasi wisata di Ciamis perlu disiapkan terlebih dahulu perlengkapan dan sarana protokol kesehatannya.
"Saat ini, mulai melakukan persiapan, seperti melengkapi thermoscanner, layanan informasi, dan fasilitas kesehatan, di destinasi wisata," katanya.