REPUBLIKA.CO.ID, INDRAMAYU -- Rencana pemerintah untuk membuka kembali pondok pesantren jelang new normal, membuat orang tua santri menjadi bimbang. Meski berharap anak mereka segera kembali menjalani pembelajaran di pesantren, namun mereka khawatir dengan pandemi Covid-19 yang belum berakhir.
Hal itu salah satunya disampaikan orang tua santri asal Desa Singaraja, Kecamatan/Kabupaten Indramayu, Ani Susiani. Kedua putrinya, yakni Mutia Lubna Dzakiyah dan Naura Fairuz Zafira, menjadi santri di Pondok Pesantren Husnul Khotimah Kuningan.
‘’Serba salah,’’ ujar Ani kepada Republika, Selasa (9/6).
Ani mengaku, selama kedua putrinya menjalani masa belajar di rumah, cukup sulit bagi mereka untuk menjaga pembiasaan-pembiasaan yang selama ini ditanamkan di pesantren. Misalnya, kebiasaan menghafal Alquran, sholat malam dan puasa sunah.
‘’Meski hal itu tetap dilakukan, namun semangatnya beda dibandingkan dengan ketika mereka ada di pesantren,’’ tutur Ani.
Saat di rumah, Ani mengakui, gadget menjadi hal yang sulit untuk dipisahkan dari kedua putrinya. Hal itu berbeda dengan kehidupan mereka di pesantren, dimana santri tidak diperkenankan untuk memegang gadget dalam keseharian mereka.
Di sisi lain, Ani juga mengaku khawatir jika aktivitas belajar di pesantren kembali dibuka saat ini. Pasalnya, pandemi Covid-19 hingga saat ini belum berakhir.
Apalagi, lanjut Ani, santri di pondok pesantren tempat anak-anaknya menimba ilmu juga banyak yang berasal dari berbagai daerah di Indonesia bahkan luar negeri.
‘’Di kelas mungkin bisa diatur jarak antarsantri. Tapi saat di kamar/asrama agak susah,’’ kata Ani.
Untuk itu, Ani menyarankan, jika pondok pesantren memang direncanakan untuk dibuka kembali saat ini, maka sebaiknya dilakukan secara bertahap. Hal tersebut sebaiknya didahulukan untuk santri-santri yang baru terlebih dahulu.
‘’Tapi mereka juga harus dikarantina dulu di pesantrennya. Artinya, harus disediakan ruangan khusus karantina. Pengelola juga tidak keluar masuk pesantren,’’ tandas Ani.