REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Wakil Presiden Ma'ruf Amin mengingatkan masyarakat untuk disiplin mematuhi protokol kesehatan di masa transisi menuju tatanan normal baru atau new normal. Sebab, Wapres menyebut protokol kesehatan pada masa transisi ini akan lebih sulit dibandingkan ketika pembatasan sosial berskala besar (PSBB), baik itu berlajar, beribadah maupun dalam bekerja.
"Tentu masyarakat (harus patuh) ya karena situasi ini lebih sulit dari pada kemarin. Masyarakat dalam rangka menjaga sosial distancing, menjaga supaya tidak ada keramaian," ujar Ma'ruf saat konferensi pers secara virtual dengan wartawan, Senin (8/6).
Ia mengatakan, saat masa pembatasan berlaku, hampir seluruh kegiatan dilakukan dari rumah. Sehingga belajar, ibadah, hingga bekerja dari rumah relatif lebih mudah dibanding dengan ketika berada dalam kegiatan-kegiatan.
Namun, dengan kembali aktifnya kegiatan sosial perekonomian, maka masyarakat tidak mungkin menghindar dari keramaian dan bertemu dengan individu lain. "Makanya harus lebih siap masyarakat untuk bisa menjaga dirinya dengan tetap menjaga atau menaati protokol kesehatan nah itu lebih diperlukannya lebih lagi dari pada kemarin-kemarin," kata Ma'ruf.
Terkait kelonggaran yang diterapkan dalam pelaksanaan kegiatan peribadahan di rumah ibadah, Maruf menilai tetap menerapkan protokol kesehatan. Di antaranya membawa alat peribadahan milik pribadi, memakai masker di lingkungan rumah ibadah, menjaga jarak shaf serta wudu di rumah untuk menghindari antrian panjang di masjid.
Hal ini bertujuan untuk mencegah penyebaran virus Covid-19 di rumah ibadah.
"Jarak shafnya itu kalau di keadaan normal harus rapat, ini harus jarak, tidak seperti biasanya, karena ada kedaruratan. masih kedaruratan karena Covid belum hilang, sudah bisa, tetapi jarak shaf harus direnggangkan," kata Ma'ruf.