Senin 08 Jun 2020 13:39 WIB

Warga Surabaya Diminta tak Takut Ikuti Tes Cepat Massal

Dengan tes cepat, wargabisa terdeteksi mana yang reaktif dan tidak.

Warga mengantre untuk mengikuti tes diagnostik cepat (rapid test) COVID-19 secara massal di Surabaya, Jawa Timur, Senin (1/6/2020). Tes diagnositk cepat dan swab test yang diselenggarakan oleh Badan Intelijen Negara (BIN) bekerja sama dengan Kementerian Kesehatan dan Pemerintah Kota Surabaya tersebut digelar untuk memetakan kondisi kesehatan masyarakat yang berada di zona merah sekaligus sebagai upaya mencegah penyebaran COVID-19
Foto: ANTARA/Moch Asim
Warga mengantre untuk mengikuti tes diagnostik cepat (rapid test) COVID-19 secara massal di Surabaya, Jawa Timur, Senin (1/6/2020). Tes diagnositk cepat dan swab test yang diselenggarakan oleh Badan Intelijen Negara (BIN) bekerja sama dengan Kementerian Kesehatan dan Pemerintah Kota Surabaya tersebut digelar untuk memetakan kondisi kesehatan masyarakat yang berada di zona merah sekaligus sebagai upaya mencegah penyebaran COVID-19

REPUBLIKA.CO.ID, SURABAYA -- Warga Kota Surabaya, Jawa Timur, diminta untuk tidak takut mengikuti tes massal yang digelar Badan Intelijen Negara (BIN) bekerja sama dengan pemerintah kota setempat guna memutus mata rantai penyebaran virus corona atau Covid-19.

"Saya dapat kabar ada sejumlah warga yang semula sudah didaftar untuk ikut tes massal gratis ternyata tidak hadir," kata Ketua Komisi C Bidang Pembangunan DPRD Surabaya Baktiono di Senin (8/6).

Menurut dia, sikap warga tersebut sangat disayangkan mengingat Pemkot Surabaya berupaya memutus mata rantai Covid-19, namun di sisi lain warga tidak mau mengikuti rapid test atau uji cepat serta swab.

"Jika seperti ini terus bagaimana kasus Covid-19 di Surabaya bisa turun. Padahal ini pemerintah sudah memfasilitasi dan gratis juga," ujarnya.

Untuk itu, lanjut dia, pihaknya meminta warga khususnya yang tinggal perumahan dan perkampungan untuk ikut tes massal yang digelar BIN dan Pemkot Surabaya hingga sepekan mendatang.

"Perumahan padat penduduk sangat rentan terjadi penularan Covid-19, maka dengan rapid test ini warga bisa terdeteksi mana yang reaktif dan tidak," katanya.

Jika ternyata ada warga yang reaktif berdasarkan hasil rapid test, lanjut dia, maka dilanjutkan mengikuti tes lanjutan yakni swab. Selama menunggu hasil swab, Pemkot Surabaya juga menyediakan tempat isolasi, pemberian makanan serta pengobatan.

Untuk itu, lanjut dia, pihaknya mengapresiasi langkah Pemkot Surabaya yang berkolaborasi dengan BIN yang terus menggelar uji cepat (rapid test) dan uji usap (swab) berbasis PCR secara massal dan gratis dalam 10 hari terakhir.

"Ini sebuah aksi kolaborasi, langkah gotong royong, yang layak diapresiasi. Perluasan tes, baik rapid test dan PCR, adalah kunci penanganan Covid-19. Setahu saya, hanya Kota Surabaya yang sangat masif melakukannya," ujar Baktiono yang juga Sekretaris DPC PDIP Surabaya ini.

Politisi senior dari PDIP ini juga sempat meninjau pelaksanaan tes massal di kawasan Kantor Kecamatan Kenjeran pada Ahad (7/6). Baktiono menilai pelaksanaan tes massal tersebut berlangsung dengan tertib dan warga yang hadir tetap diatur dengan protokoler Covid-19 dengan mengedepankan physical distancing.

"Mereka yang hadir semuanya memakai masker dan duduk dengan jaga jarak serta sewaktu akan masuk untuk rapid test sudah disediakan alat cuci tangan agar steril," katanya.

Head of Medical Intelligence BIN dr. Sri Wulandari dalam siaran persnya menyebut ada 123 orang dinyatakan reaktif berdasarkan hasil tes cepat massal yang digelar di kantor Kecamatan Kenjeran dan di kawasan Jalan Patimura.

Rinciannya, di kantor Kecamatan Kenjeran 720 orang mengikuti tes cepat dan hasilnya 52 orang menunjukkan hasil reaktif dan di kawasan Jalan Patimura diikuti 795 orang dan hasilnya 71 orang dinyatakan reaktif.

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement