Ahad 07 Jun 2020 03:29 WIB

Produksi Vaksin Covid-19 Belum Temui Titik Terang

Ditemukannya vaksin ini menjadi harapan semua negara di seluruh dunia. 

Rep: Rr Laeny Sulistyawati / Red: Agus Yulianto
Peneliti tengah mengembangkan vaksin Covid-19 di Center for Pharmaceutical Research di Kansas, Amerika Serikat.
Foto: Center for Pharmaceutical Research via AP
Peneliti tengah mengembangkan vaksin Covid-19 di Center for Pharmaceutical Research di Kansas, Amerika Serikat.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Juru bicara pemerintah untuk penanganan Covid-19 Achmad Yurianto mengatakan, produksi dan distribusi vaksin virus corona SARS-CoV2 (Covid-19) masih belum ditemukan. Karena itu, masyarakat diminta untuk mengubah gaya hidup untuk menghindari penularan virus itu.

"Vaksin yang diharapkan negara ini dan seluruh dunia, belum menemukan titik terang. Belum pasti kapan vaksin ini akan diproduksi massal untuk memberikan kekebalan buat kita semua," ujarnya saat konferensi pers virtual akun youtube saluran Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB), Sabtu (6/6). 

Padahal, ia mengakui, ditemukannya vaksin ini menjadi harapan semua negara di seluruh dunia. Hingga kini, dia melanjutkan, semua pihak tidak tahu sampai kapan vaksin Covid-19 yang memberikan kekebalan tubuh dari virus ini bisa ditemukan dan jadi standar negara-negara di dunia.

Karena itu, sambil menunggu kepastian ditemukannya vaksin, ia meminta, semua pihak harus bisa mengubah perilaku. Karena sebenarnya, vaksin bukan satu-satunya cara untuk terhindar dari penularan.

"Covid-19 ini berasal dari virus dan ditularkan dari orang sakit kepada orang yang rentan tertular melalui penularan partikel kecil air liur (droplet) karena melalui saluran pernapasan," ujarnya.

Artinya, ia menyebutkan, orang yang sakit atau terinfeksi pasti ditemukan virus ini di sepanjang dinding pernapasan, mulai dari rongga hidung, rongga tenggrokan, sampai paru-paru. Kemudian, dia melanjutkan, virus ini dikeluarkan saat penderitanya batuk dan

bersin, berbicara melalui droplet. Pihaknya mencatat data bahwa droplet penderita Covid-19 bisa sampai sejauh satu meter. Artinya, siapapun yang berada kurang dari 1 meter dan tergolong kelompok rentan tidak terlindungi maka bisa tertular virus ini. Virus ini, dia melanjutkan,juga menempel di permukaan benda di fasilitas umum. Ketika orangsakit itu menyentuh benda kemudian disentuh orang lain. Kemudian ketika tangan-tangan yang sudah tercemar ini memegang hidung, mata, mulut maka sangat memungkinkan terjadinya penularan. 

"Jadi mari mengubah cara hidup supaya lebih sehat dan aman untuk terhindar dari kemungkinan penularan dengan menjaga jarak 1 sampai 2 meter. Ini penting karena kita tidak pernah tahu di sekitar kita siapa yang sakit atau yang tidak," ujarnya.

Selain menjaga jarak, masyarakat juga menggunakan masker wajah, rajin cuci tangan, menjaga imunitas, penuhi kebutuhan gizi secara seimbang, melakukan aktivitas bekerja dan berolahraga secara seimbang karena meningkatkan imunitas tubuh, hingga hindari kecemasan yang tidak perlu terhadap virus ini. Perubahan gaya hidup ini,harus dilakukan bersama-sama dan terus menerus sepanjang waktu.

Dia menyebutkan, perubahan paradigma akan sangat menguntungkan karena tidak hanya melindungi diri dari Covid-19 karena kebiasaan menggunakan masker bisa melindungi dari kemungkinan infeksi pernapasan yang lain. "Mari mulai dari sekarang melakukan adaptasi tatananyang baru dan tetap produktif. Kalau tidak sehat maka tidak mungkin kita bisa produktif, jadi utamakan sehat," katanya.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement