jatimnow.com - Keluarga D mengalami musibah di tengah Pandemi Covid-19. Empat orang tercintanya meninggal dunia.
Kakak ipar dan anaknya diisolasi di hotel. Sedangkan kakak kedua dan dirinya serta keponakannya menjalani isolasi mandiri di rumahnya masing-masing.
Baca juga:
- Satu Keluarga Meninggal Dunia di Gubeng, Terpapar Covid-19?
- Satu Keluarga di Gubeng Meninggal, Warga Resah
- 4 Orang Sekeluarga di Gubeng Surabaya Meninggal, Begini Kisahnya
- Kehilangan Sekeluarga di Surabaya, Mengaku Dikenakan Biaya Pemulasaran
"Kakak kedua saya rapid test-nya reaktif dan sudah swab," ujar D kepada jatimnow.com, Sabtu (6/6/2020).
Kakaknya itu menjalani tes swab massal yang digelar di Taman Mundu, Surabaya beberapa waktu lalu. Tapi sampai Jumat (5/6/2020), D belum menerima kabar, apakah hasil swab-nya negatif atau positif.
"Kakak saya sekarang isolasi mandiri di rumah di Gubeng," tuturnya.
Sedangkan D, perempuan 27 tahun ini tinggal di kawasan Medokan, Surabaya bersama keponakan yaitu anak kakak keduanya yang berusia 4 tahun.
"Memang rapid test saya dan keponakan saya non reaktif. Tapi karena saya sempat bersentuhan dengan papa, mama, saya sadar diri melakukan isolasi mandiri," tuturnya.
Selama menjalani isolasi mandiri di rumahnya, D yang tinggal di Medokan dan kakak keduanya tidak mendapatkan bantuan dari Pemerintah Kota Surabaya.
Justru mereka mengucapkan terima kasih kepada kerabatnya maupun tetangganya yang peduli dengan mengirimkan makanan yang dicantolkan di pagar rumahnya masing-masing,
"Kalau selama ini suplai makanan untuk kakak kedua saya Alhamdulillah banyak mendapatkan kiriman dari saudara dan juga tetangga. Makanannya dicantolin di pagar," katanya.
"Saya yang tinggal di Medokan juga banyak banget kiriman makanan dari saudara. Kalau masalah bahan pangan Alhamdulillah stoknya kami masih ada semua," tambahnya.
D dan kakak keduanya juga tidak mendapatkan wedang pokak maupun telur dari Pemkot Surabaya.
"Nggak ada. Saya dan kakak saya nggak ada (bantuan makanan dari pemkot)," akunya.
Sedangkan suami dari kakak pertamanya serta anaknya yang berusia 17 bulan sudah menjalani rapid test dan hasilnya reaktif. Oleh Pemkot Surabaya, keduanya diisolasi di hotel di kawasan Gubeng sekitar Rabu atau Kamis lalu.
"Saya berkomunikasi dengan kakak ipar saya. Katanya kalau makan dapat tiga kali sehari. Air mineral 2 botol," katanya.
"Tapi selama di hotel tidak mendapatkan handuk, tidak ada sabun. Jadi kami yang mengirimkan pakaian, handuk dan sabun," ujarnya.
Selama menjalani isolasi di hotel, tidak ada dokter atau petugas medis yang merawat atau melihat perkembangan kondisinya.
"Katanya kakak ipar saya nggak ada dokter, nggak diberi obat," terangnya.