Kamis 04 Jun 2020 10:26 WIB

Tahun Ajaran Baru di Jabar Mulai Juli Pekan Ketiga

Pelaksanaan sekolah tahun ajaran 2020/2021 dengan mekanisme pembelajaran jarak jauh

Rep: arie lukihardianti/ Red: Hiru Muhammad
Dua anak menonton video belajar digital dari rumah di Bandung, Jawa Barat.
Foto: Antara/M Agung Rajasa
Dua anak menonton video belajar digital dari rumah di Bandung, Jawa Barat.

REPUBLIKA.CO.ID, BANDUNG --Pelaksanaan sekolah tahun ajaran 2020/2021 di satuan pendidikan SMA/SMK/SLB Jawa Barat (Jabar) akan dimulai pada pekan ketiga Juli 2020 atau Senin (13/7). Hal tersebut sesuai dengan ketetapan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud) RI. 

Menurut Kepala Dinas Pendidikan (Disdik) Jabar Dewi Sartika, pelaksanaan sekolah tahun ajaran 2020/2021 tetap dengan mekanisme pembelajaran jarak jauh (PJJ). Keputusan tersebut diambil setelah mempertimbangan sejumlah hal, seperti Surat Edaran Kemendikbud, dan arahan Gugus Tugas Covid-19, baik pusat maupun provinsi. "Ada dua yang menjadi fokus Disdik Jabar," ujar Dewi Sartika, Rabu petang (3/6).

Pertama, kata Dewi, adalah bagaimana memastikan keamanan dan keselamatan peserta didik. Kedua, adalah bagaimana memastikan peserta didik mendapatkan hak pendidikan. "Hak pendidikan tetap dipenuhi selama pandemi Covid-19 dengan pembelajaran jarak jauh," katanya.

Sebelumnya, Gugus Tugas Covid-19 pusat memutuskan bahwa pembukaan sekolah atau proses belajar mengajar kembali dengan sistem tatap muka hanya dimungkinkan di kawasan zona hijau atau daerah dengan catatan nol kasus Covid-19. 

Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI), kata Dewi, merekomendasikan kegiatan belajar mengajar dilakukan dengan PJJ setidaknya hingga Desember 2020 sebagai mencegah sebaran Covid-19 pada anak, mengingat anak menjadi salah satu kelompok yang rentan terinfeksi virus SARS-CoV-2. 

Dewi mengatakan, hasil kajian Gugus Tugas Percepatan Penanggulangan Covid-19 Jabar terkait level kewaspadaan Covid-19 kabupaten/kota menjadi bahan pertimbangan Disdik Jabar dalam mengambil keputusan. Hasil kajian tersebut menunjukkan tidak ada satupun daerah di Jabar yang berada di level 1 atau zona hijau. 

"Pertimbangan terakhir adalah masukan dari Pengawas Sekolah, Kepala Sekolah, Dewan Guru, dan Komite Sekolah," katanya.

Menurutnya, walaupun sekolah berada di zona hijau, tetapi misalnya sarana prasarana, dan keamanan di sekolah itu belum lengkap atau memadai maka tidak boleh memaksakan untuk membuka kembali sekolah atau proses belajar secara tatap muka.

Agar PJJ berjalan optimal, menurut Dewi, Disdik Jabar sudah menempuh sejumlah upaya. Pertama adalah penguatan guru. Hal itu dilakukan supaya guru mampu memberikan materi pembelajaran secara interaktif. Dengan begitu, peserta didik akan lebih mudah mencerna."Yang menjadi tantangan adalah adanya masalah psikologis dari anak. Ketika mereka sekarang harus berada di rumah dalam waktu yang lama," katanya. 

Untuk guru sendiri,diberikan pelatihan secara daring agar mampu memberikan pembelajaran yang menarik, interaktif, ringan dan tidak terlalu berat.

Dewi mengatakan, infrastruktur teknologi atau akses internet menjadi tantangan Disdik Jabar dalam penerapan pembelajaran jarak jauh. Sebab di Jabar tidak semua daerah mempunyai akses internet yang baik. Ia menegaskan, ada berbagai upaya yang diambil Disdik Jabar untuk menjawab tantangan tersebut. 

"Kemendikbud memberikan pembelajaran melalui TVRI. Kemudian pembelajaran lewat radio. Atau sekolah menyiapkan modul-modul. Di daerah yang sulit akses internet, guru ada yang datang ke rumah peserta didik dengan tetap menerapkan protokol kesehatan. Terdapat banyak upaya agar PJJ tetap berjalan baik," katanya. 

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement