REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Dana Anak-anak Perserikatan Bangsa-Bangsa (Unicef) mengkhawatirkan pandemi virus corona SARS-CoV2 (Covid-19) bisa memperburuk status gizi anak-anak Indonesia. Apalagi, anak-anak yang ada di Tanah Air sebelumnya telah mengalami masalah kekerdilan (stunting) dan sangat kurus.
Nutrition Specialist Unicef Sri Sukotjo mengungkap, sebelum pandemi terjadi, status gizi anak balita di Indonesia selama ini memang belum optimal. "Satu dari tiga anak dari total balita di Indonesia mengalami stunting, kemudian jumlah anak sangat kurus sekitar 2 juta balita. Jadi, status gizinya belum optimal," ujarnya saat konferensi video di akun Youtube Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB), Rabu (3/6).
Kemudian, dia melanjutkan, angka masalah anak stunting dan sangat kurus tersebut berisiko menjadi sangat tinggi saat pandemi. Apalagi, dia menambahkan, jumlah pos pelayanan terpadu (posyandu) yang beroperasi selama pandemi menurun. "Kondisi ini rentan. Status gizi anak-anak balita itu bisa turun. Kami khawatir," ujarnya.
Karena itu, dia melanjutkan, pihaknya bekerja sama dengan Kementerian Kesehatan (Kemenkes) membuat pedoman gizi pada masa pandemi dan masa new normal. Ia menambahkan, upaya ini untuk memastikan anak-anak di daerah itu mendapatkan gizi yang terbaik.
Ia menyebutkan beberapa tip sehat Unicef untuk mengatasi masalah ini. Pertama, dia melanjutkan, sesuai rekomendasi Kemenkes, yaitu konsumsi makanan secara rutin gizi seimbang. Dalam satu piring ada makanan pokok, buah dan sayur, serta lauk. Kemudian, yang tak kalah penting adalah asupan buah dan sayur harus diperbanyak pada masa pandemi karena mengandung vitamin C dan E yang meningkatkan imunitas tubuh.
Apalagi, dia melanjutkan, Indonesia memiliki kelebihan kaya dengan bahan pangan, misalnya singkong dan jagung. Selain itu, ia menyebutkan, pihaknya membantu Kemenkes membuat komunikasi informasi edukasi (KIE) dan pedoman mengenai hal ini. "Kami juga memberikan bantuan teknis ke daerah untuk memberikan bantuan langsung terkait layanan masyarakat," ujarnya.
Ia mencontohkan, pos pelayanan terpadu (posyandu) tidak beroperasi selama pandemi membuat pihaknya memberikan bantuan teknis kepada bidan desa. Caranya dengan menerapkan koseling berjarak minimal satu meter atau bisa dilakukan secara virtual.