REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Era normal baru (new normal) bukan berarti kita berhenti melawan Covid-19. Justru sebaliknya. Karena itu dibutuhkan edukasi berlanjut agar masyarakat memahami protokol pencegahan penularan Covid-19 dan menjadikannya sebagai budaya hidup, khususnya di fase ini.
"Edukasi dan promosinya tidak boleh berhenti, perlu penyadaran masyarakat karenanya pemberdayaan masyarakat jadi penting," kata Ketua Ikatan Ahli Kesehatan Masyarakat Indonesia (IAKMI) Jakarta Baequni kepada Antara di, Jakarta, Selasa (3/6).
Dia menuturkan normal baru (new normal) menjadi sesuatu yang baru bagi masyarakat. Sebab itu butuh kedisiplinan dan komitmen agar hal itu berjalan efektif.
"Masyarakat kita belum terbiasa dengan protokol new normal life ini. Tantangannya adalah menjadikannya sebagai bagian dari budaya," tuturnya.
Selama belum ada vaksin dan obat spesifik Covid-19, maka satu-satunya cara memutus rantai penularan adalah pencegahan dengan menjalankan protokol Covid-19.
Menurut Baequni, tantangan terbesar adalah kepatuhan untuk menjalani protokol normal baru tersebut.
"Perilaku hidup bersih dengan rajin cuci tangan, menggunakan masker, tidak cukup hanya menjadi behavior (tingkah laku), tapi yang terpenting bagaimana menjadikannya sebagai culture (budaya)," tuturnya.
Baequni mengatakan masyarakat harus menyadari protokol Covid-19 bukan hanya aturan yang harus dipatuhi. Namun, itu semua adalah sesuatu yang sudah semestinya dilakukan.
"Kita belum berhenti melawan Covid-19 dan masyarakat sebagai aktor (pelaku) utama untuk menjamin keberhasilan dan memenangkan peperangan ini," ujarnya.