Selasa 02 Jun 2020 20:30 WIB

New Normal, Jubir: Bukan Euforia Kebebasan

Di era kenormalan baru, masyarakat justru dituntut mengubah kebiasaan lama.

Rep: Fauziah Mursid/ Red: Fuji Pratiwi
Juru Bicara Pemerintah untuk Penanganan Covid-19 Achmad Yurianto memberikan keterangan pers di Graha BNPB, Jakarta, beberapa waktu lalu. Juru Bicara Pemerintah untuk penanganan Covid-19 Achmad Yurianto mengingatkan masyarakat tidak memaknai era kenormalan baru atau new normal sebagai euforia terbebas dari pandemi virus Covid-19.
Foto: Antara/Aditya Pradana Putra
Juru Bicara Pemerintah untuk Penanganan Covid-19 Achmad Yurianto memberikan keterangan pers di Graha BNPB, Jakarta, beberapa waktu lalu. Juru Bicara Pemerintah untuk penanganan Covid-19 Achmad Yurianto mengingatkan masyarakat tidak memaknai era kenormalan baru atau new normal sebagai euforia terbebas dari pandemi virus Covid-19.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Juru Bicara Pemerintah untuk penanganan Covid-19 Achmad Yurianto mengingatkan masyarakat tidak memaknai era kenormalan baru atau new normal sebagai euforia terbebas dari pandemi virus Covid-19. Ia menegaskan masyarakat harus menjalankan protokol kesehatan di era kenormalan baru agar terhindar dari Covid-19.

"Ini bukan sebuah euforia, bebas untuk melakukan apapun, bebas untuk bertindak apapun, bebas untuk siapapun dengan mengabaikan protokol kesehatan," ujar Yurianto dalam konferensi pers di Graha BNPB, Jakarta, Selasa (2/6).

Baca Juga

Menurutnya, masyarakat di era kenormalan baru justru dituntut mengubah kebiasaan-kebiasaan lama sebelum pandemi agar terhindar dari virus Covid-19. Kebiasaan-kebiasaan baru yang harus dilakukan antara lain, perilaku hidup bersih dan sehat, rajin mencuci tangan, menjaga jarak, menggunakan masker saat ke luar rumah, dan menghindari kerumunan.

"Adaptasi kebiasaan baru ini mutlak harus kita jalankan, basis perubahan ini tentunya melalui edukasi yang terus-menerus oleh keluarga. Kita sangat berharap peran keluarga dalam perubahan adaptasi kebiasaan baru ini," ujar Yurianto.

Selain itu, kesadaran masyarakat untuk tidak membawa penyakit ke orang-orang rentan seperti lanjut usia, orang dengan penyakit penyerta dan anak-anak. Karena itu, ini juga yang perlu menjadi pedoman masyarakat saat era kenormalan mulai diberlakukan di daerah-daerah.

Sebab, Yurianto menyebut, beberapa saat yang akan datang akan banyak daerah secara bertahap akan mulai mengimplementasikan kebiasaan baru tersebut. Ini sejalan dengan mulai dijalankan kembali aktivitas produktif dalam rangka untuk mempertahankan kinerja keseluruhan nasional.

Jika beberapa pusat pembelanjaan sudah dibuka, bukan berarti masyarakat bebas membawa orang tua atau orang-orang yang memiliki komorbid, hipertensi, sakit ginjal, kencing manis untuk berbondong-bondong ke tempat belanja.

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement