Jumat 29 May 2020 00:13 WIB

New Normal, Rencana Buka Mall, dan Pandemi Corona

Era new normal dimulai, termasuk dengan rencana dibukanya puluhan mall.

Rep: Anadolu/ Red: Elba Damhuri
Aktivitas Mall. Aktivitas pengunjung di Summarecon Mall Bekasi, Selasa (26/5)
Foto: Republika/Edwin Dwi Putranto
Aktivitas Mall. Aktivitas pengunjung di Summarecon Mall Bekasi, Selasa (26/5)

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Wacana pembukaan kembali pusat perbelanjaan atau mall setelah ditutup sekitar dua bulan lebih akibat upaya pengendalian penyebaran Covid-19 semakin menguat.

Bahkan, ada sekitar 67 pusat perbelanjaan di Jakarta sudah ancang-ancang untuk kembali buka pada tanggal 5 Juni mendatang, atau 1 hari setelah masa pembatasan sosial berskala besar (PSBB) di DKI Jakarta usai, apabila masa PSBB tersebut tidak diperpanjang. Sementara itu, 6 pusat perbelanjaan akan kembali buka tanggal 8 Juni.

Ketua Asosiasi Pengelola Pusat Belanja Indonesia (APPBI) DKI Jakarta Ellen Hidayat mengatakan hampir 2 bulan kegiatan bisnis retailer di pusat belanja DKI mati suri.

Dampak yang berat dengan penutupan mall karena PSBB menyebabkan semua pengelola pusat belanja dan retailer atau penyewa (tenant) mengalami kesulitan finansial, terutama kesulitan arus kas.

“Dampak ini juga secara langsung menimpa para karyawan yang tidak bekerja dan sudah tidak mempunyai tabungan lagi untuk bertahan menghidupi keluarganya,” jelas Ellen dalam keterangan resmi yang diterima Anadolu Agency.

Dia mengatakan selain atas dorongan para retailer khususnya UKM yang minta agar mall segera dibuka, dengan dibukanya Mall kembali maka akan dapat membantu menggerakkan roda perekonomian nasional dan meningkatkan ketahanan bangsa Indonesia.

Ellen mengatakan faktor lain yang mendukung kembalinya mall dibuka adalah dengan terbitnya Surat keputusan dari Menkes dan rencana berakhirnya PSBB DKI ke-3 yang direncanakan pada tanggal 4 Juni 2020, serta himbauan dari pemerintah untuk berani dan mulai menghadapi Covid-19.

Dia menargetkan pada masa awal pembukaan mal dalam kondisi ‘new normal’ hanya akan dikunjungi 30 hingga 40 persen pengunjung saja dibandingkan pada suasana sebelum ada Covid-19.

“Jumlah itu sudah bagus. Bilamana mall tidak dibuka kembali, maka semua bisnis terkait akan collaps,” ungkap Ellen.

Tanda-tanda mall akan segera kembali dibuka terlihat dengan datangnya Presiden Joko Widodo ke Summarecon Mall Bekasi, Selasa, untuk mengecek persiapan pengelola mall dalam memasuki fase ‘new normal’ sebelum mall tersebut kembali buka pada 8 Juni mendatang.

 

Standar operasional baru di mal

Ellen menjelaskan bahwa pihak pengelola mall sudah memiliki prosedur standar operasional baru yang harus dilakukan apabila mall kembali dibuka dalam kondisi ‘new normal’ akibat Covid-19.

Standar tersebut antara lain menyediakan pengukur suhu tubuh di setiap pintu masuk karyawan dan pengunjung. Apabila suhu tubuh karyawan dan pengunjung cukup tinggi, maka akan dilarang masuk mall.

“Pengunjung dan karyawan wajib memakai masker yang akan dikontrol oleh tim security, serta mall akan menyediakan hand sanitizer di beberapa lokasi,” urai Ellen.

Ellen menambahkan bahwa pengelola mall akan mengontrol agar pengunjung selalu menjaga jarak dan tidak berkumpul di satu tempat. Sementara lift dan escalator juga akan dibatasi agar pengunjung tetap menjaga jarak.

“Resto dine in juga dibatasi jaraknya, serta dilakukan pengaturan jarak kursi dan meja di foodcourt,” tambah dia.

Dia mengatakan pengelola juga secara rutin akan meningkatkan kebersihan gedung dan fasilitasnya, dan aka nada tim pengendali Covid-19 di setiap mall.

 

Pembukaan mall belum akan pulihkan perekonomian

Akan tetapi, Direktur Eksekutif Institute for Development of Economics and Finance (Indef) Tauhid Ahmad menilai pembukaan mall di tengah masa pandemi yang trennya belum melambat tidak akan berdampak banyak pada perbaikan kondisi perekonomian yang sudah kadung melambat dan menuju negatif.

“Pembukaan mall hanya akan sedikit menolong sektor tertentu seperti perdagangan saja,” ujar Tauhid kepada Anadolu Agency, Rabu.

Tauhid mengatakan masyarakat juga masih enggan untuk mengunjungi mall di tengah pandemi sehingga permintaan ataupun kunjungan masyarakat ke pusat perbelanjaan masih akan rendah.

“Dampak pembukaan kembali mall pada perekonomian akan bertahap dan tidak akan langsung berdampak besar di bulan Juni atau kuartal kedua 2020,” lanjut dia.

Selain itu, daya beli masyarakat juga sudah sangat terpengaruh negatif akibat Covid-19 sehingga tidak bisa cepat pulih. Oleh karena itu, ekonomi tidak akan serta merta pulih dengan dibukanya kembali mall.

Dia juga mengatakan belum ada kepastian kapan Covid-19 akan berakhir sehingga akan memengaruhi perbedaan keyakinan antara konsumen dan dunia usaha.

“Konsumen belum yakin mall aman dari Covid-19 sementara bagi pengusaha marketnya akan tertahan karena pandemi ini masih ada,” kata Tauhid.

Oleh karena itu, dia mengatakan walaupun mall kembali dibuka, belum akan membuat pertumbuhan ekonomi akan membaik. Indef memperkirakan ekonomi pada kuartal kedua tumbuh minus 0,69 persen dalam skenario sangat berat, dan pada skenario berat tumbuh 0,12 persen.

Sementara itu, konsumsi rumah tangga akan tumbuh negatif 2,08 persen pada kuartal kedua 2020 ini.

 

YLKI tolak pembukaan kembali mal saat pandemi

Sementara itu, Yayasan Lembaga Konsumen Indonesia (YLKI) menilai rencana pembukaan mall pada 5 Juni mendatang masih terlalu dini dan merupakan kebijakan yang gegabah karena berpotensi membuat mall jadi klaster baru penyebaran Covid-19.

Ketua Pengurus Harian YLKI Tulus Abadi menegaskan bahwa YLKI menolak rencana tersebut karena kurva penyebaran Covid-19 saat ini belum turun dan melandai, khususnya di DKI Jakarta.

“Oleh karena itu, tidak ada alasan apapun bagi pemerintah membuka mall, khususnya di Jakarta,” kata Tulus melalui pernyataan melalui akun Youtube pribadinya.

Tulus juga mengatakan Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan harus menolak rencana pembukaan kembali mall apabila kurva penyebaran Covid-19 di Jakarta belum landai.

“Jangan coba-coba buka kembali mall di zona merah. Kita imbau masyarakat tidak mengunjungi mall sampai betul-betul aman,” lanjut Tulus.

Dia menambahkan apabila pemerintah tetap memaksa agar mall kembali dibuka, maka harus ada sanksi tegas untuk setiap pelanggaran protokol kesehatan yang terjadi di gerai-gerai yang ada di mall.

“Pengawasan protokol kesehatan akan sulit di lapangan sehingga potensi pelanggaran sangat besar,” ungkap Tulus.

Tulus mengatakan YLKI meminta pemerintah untuk terlebih dahulu memprioritaskan pengendalian Covid-19, bukan justru menjadikan ekonomi sebagai panglima pada saat penyebaran Covid-19 belum terkendali.

 

Masyarakat masih takut datang ke mal

Beberapa masyarakat mengaku masih khawatir untuk mengunjungi mall walaupun nanti akan kembali dibuka.

Laras Ayu Palapasari misalnya. Dia mengaku takut untuk kembali datang ke mall pada saat penyebaran Covid-19 belum melandai.

“Kita tidak tahu keadaan dan kondisi orang yang datang ke mall bagaimana, apalagi nanti saat dibuka mall di Jakarta akan sangat ramai,” ungkap dia.

Hal senada diungkapkan Eduardus Reggy yang mengatakan tidak akan datang ke mall pada masa-masa awal pembukaan kembali di saat pandemi belum usai.

“Pada saat awal dibuka, masyarakat pasti banyak yang menyerbu mall dan membuat keriyuhan yang mengkhawatirkan,” kata Reggy.

Bimo Wiratama juga sependapat bahwa dia tidak akan mengunjungi mall sampai setidaknya akhir tahun hingga penyebaran Covid-19 betul-betul melandai.

 

https://www.aa.com.tr/id/ekonomi/menakar-rencana-pembukaan-mal-di-tengah-pandemi-yang-belum-usai/1854841

sumber : Anadolu Agency
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement