REPUBLIKA.CO.ID, Suasana hari kedua Lebaran di kawasan Pulo Kalibata, Jakarta Selatan, tampak sepi. Setiap gang tak ramai oleh warga yang saling bersilaturahim. Gerbang di setiap rumah pun tertutup rapat.
Sejumlah warga memasang pengumuman di depan pagar rumahnya. Mereka tidak menjamu tamu selama lebaran guna memutus penyebaran Covid-19.
Pukul 12.45 WIB, salah satu warga, Marlia (48) hendak mengunjungi bibinya. Rumah bibinya hanya terpisah tiga gang. Karena dekat, ia hanya berjalan kaki. Beberapa rumah ia lewati. Marlia menggunakan masker dan membawa handsanitizer.
Ia mengungkapkan, bersilaturahim ke saudara dekat rasanya tidak afdal jika tidak berkunjung langsung. “Kan saudara dekat juga ya, kurang afdal aja kalau tidak datang langsung. Lagipula, kan kita tau juga kegiatan kesehariannya ngapain aja. Insya Allah aman,” ungkapnya Senin (25/5).
Biasanya, Marlia mengunjungi sang bibi pada hari pertama Lebaran. Namun, hari pertama Lebaran, ia habiskan hanya di rumah. Ia tidak menerima tamu lantaran demi mengurangi kontak dengan orang. Di rumahnya terdapat anggota keluarga yang sudah paruh baya dan rentan terpapar virus.
“Baru bisa mengunjungi bibi hari kedua. Kemarin harus tetap di rumah. Jaga rumah, takut ada tamu yang datang soalnya kan enggak nerima tamu, ada ibu yang sudah tua,” katanya.
Selain rindu akan suasana Lebaran seperti biasanya, perempuan kelahiran 1972 itu mengaku suasana Lebaran sekarang tidak seperti Lebaran. Tidak ramai, tidak bisa merasakan kehangatan berkumpul dengan saudara, tetangga, mendengar canda tawa keponakannya, dan tidak bisa berjabat tangan.
Walaupun begitu, tetap ada hikmah yang dapat diambil di tengah pandemi. Ia melanjutkan, pandemi ini membuatnya untuk introspeksi diri. Menurutnya, sekarang tidak bisa menyalahkan siapapun. Semua orang harus tanggung jawab dan melawan wabah bersama–sama. “Wabah ini juga kita enggak ada yang mau kan, jadi ya tanggung jawab kita semua saja. Intropeksi diri masing – masing. Jangan saling menyalahkan,” ujarnya.
Mungtingah Tina (56) atau yang kerap dipanggil Tina, juga mengatakan, Lebaran tahun ini berbeda. Momen Lebaran ia habiskan bersama kedua anaknya di rumah. Suaminya sudah meninggal beberapa tahun yang lalu. Sejak kemarin, kata dia, tidak ada tamu yang datang. Orang yang sekadar lewat di depan rumah pun jarang. Hanya anak pertamanya yang datang berkunjung bersama istrinya.
“Lebaran tidak ada tamu yang datang. Kemarin cuman anak pertama saya saja yang datang,” katanya. Raut wajah Tina berubah menjadi sedih ketika ia mengatakan, Lebaran tahun ini sepi. Biasanya rumahnya ramai dikunjungi oleh ponakan, cucu ponakan, hingga iparnya bergiliran datang. Makanan yang ia masak seperti ketupat sayur, semur daging, bakso, dan kue habis dilahap oleh mereka.
Namun, sekarang makanan yang ia masak masih tersisa. Beberapa stoples kue kering yang biasanya disantap oleh tamu yang datang juga masih terlihat penuh dan tertutup rapi. Padahal, kata dia, porsi makanan yang dibuatnya sudah dikurangi.
Walaupun sedih, Tina juga mengatakan, selalu ada hikmah di balik musibah. Pandemi mengajarkannya untuk lebih taat beribadah kepada Allah SWT. “Situasi sekarang jadi lebih berserah diri kepada Allah saja. Karena semua datangnya dari Allah SWT kan, mending kita lebih taat saja dalam beribadah,” jelasnya.
Sementara itu, ketua RW setempat, Khairul Anwar (52) sudah memberitahu kepada masing-masing ketua RT terkait imbauan saat Idul Fitri di tengah pandemi. “Sudah disampaikan jauh–jauh dalam rangka menghadapi Idul Fitri selama pandemi,” katanya.
Setiap ketua RT diarahkan untuk mengimbau warganya mengikuti protokol kesehatan sesuai anjuran pemerintah. Yakni dengan melakukan shalat Id di rumah, tetap menggunakan masker jika keluar, dan menerapkan jaga jarak. Jika ada warga yang tetap bersilaturahmi, dianjurkan untuk tetap mematuhi protokol kesehatan yang ada. Namun, ia mengaku, sejak kemarin suasana Lebaran sepi. Tidak ada tetangga yang datang berkunjung.
Pria 52 tahun ini juga mengungkapkan, sampai sekarang belum ada warga yang terinfeksi virus corona. Baru beberapa hari yang lalu saja, ada satu keluarga di RT 15 yang terpaksa melakukan rapid test. Namun, hasilnya negatif. Keluarga tersebut sampai saat ini tetap melakukan isolasi mandiri.
Ia menambahkan, warga juga sudah patuh terhadap protokol kesehatan. Beberapa rumah juga menyediakan tempat cuci tangan, termasuk di setiap rumah ketua RT.
Terkait bantuan dalam memerangi wabah Covid-19, baru kemarin ia menerima bantuan dari Kelurahan Kalibata berupa masker. Pembagian masker tersebut didistribusikan oleh setiap ketua RT. Masing-masing anggota keluarga mendapat dua buah masker.
Selain pembagian masker, Khairil menyebut telah memberlakukan portalisasi di setiap gang. Selain untuk keamanan, adanya portalisasi agar warga tidak terlalu bebas berkeliaran atau berlalu lalang. Waktu portal ditutup dari pukul 00.00 WIB hingga 06.00 WIB.
“Demi keamanan dan supaya warga tidak bebas berlalu lalang, sekarang kita memberlakukan portalisasi,” katanya.