REPUBLIKA.CO.ID, TASIKMALAYA -- Pemberlakuan pembatasan sosial berskala besar (PSBB) tahap kedua di Kota Tasikmalaya tak banyak berdampak pada aktivitas warga menjelang Lebaran. Sejumlah pusat pertokoan tetap ramai diserbu warga yang hendak membeli kebutuhan Lebaran.
Wali Kota Tasikmalaya Budi Budiman mengaku masih banyak mendapat laporan terjadinya kerumunan di pusat pertokoan dan pasar. Kerumunan masyarakat dinilai sulit dihindari karena masih banyak yang ingin berbelanja untuk memenuhi kebutuhan Lebaran.
"Orang masih banyak membeli pakaian dan sebagainya. Ini berisiko," kata dia, Jumat (22/5).
Menurut dia, Pemerintah Kota (Pemkot) Tasikmalaya juga dilema dalam mengatasi masalah itu. Di satu sisi, pemerintah ingin cepat memutus mata rantai penularan Covid-19. Namun, di sisi lain, Pemkot Tasikmalaya juga tak ingin sektor ekonomi terdampak terlalu jauh akibat pandemi Covid-19.
Karena itu, dalam PSBB tahap kedua yang berlaku di Kota Tasikmalaya pada 20-29 Mei, toko-toko yang sebelumnya tak diizinkan buka diperbolehkan beroperasi dengan waktu terbatas, yaitu pada pukul 10.00-16.00 WIB. Syaratnya, pengelola harus tegas menerapkan dan jaga jarak (physical distancing) antarpengunjung.
"Tapi, saya lihat di media. Saya lihat banyak yang berjejer mengantre, tapi tidak jaga jarak," kata dia.
Budi mengatakan, pihaknya akan terus memperkuat tim patroli selama PSBB. Fokusnya adalah pusat perdagangan, seperti toko pakaian dan pasar. "Tim akan bubarkan kumpulan terlalu banyak dan memberikan arahan kepada warga untuk terus jaga jarak," kata dia.
Sebelumnya diberitakan, berdasarkan pantauan Republika di pusat pertokoan Jalan HZ Mustofa Kota Tasikmalaya pada Kamis (21/5), hampir semua toko beroperasi. Mulai dari pakaian, toko serbaada, perbengkelan, hingga elektronik tersedia. Warga yang mencari kebutuhan Lebaran pun berkerumun dengan berjalan kaki.
Jika dibandingkan dengan momen serupa pada tahun sebelumnya, perbedaan di kawasan itu hanya terbatasanya kendaraan bermotor. Pasalnya, selama PSBB berlangsung, kendaraan bermotor tak dibiarkan melintas ke Jalan HZ Mustofa.
Kendati demikian, penyekatan kendaraan menuju kawasan pertokoan itu tak membuat antusias warga berbelanja di Jalan HZ Mustofa berkurang. Selama PSBB, kawasan pertokoan itu layaknya menjadi area kawasan hari bebas berkendara (car free day/CFD).
Pasalnya, lalu-lalang warga ramai, toko-toko beroperasi, pedagang kaki lima berjualan, tukang becak mangkal, dan pengamen berkeliaran. Meski rata-rata warga mengenakan masker, rotokol kesehatan lainnya seperti jaga jarak (physical distancing) tak diindahkan.