REPUBLIKA.CO.ID, oleh Antara, Fauziah Mursid, Rizkyan Adiyudha
"Coronavirus may never go away (Virus corona mungkin tidak akan pernah hilang."
Ketua Gugus Tugas Percepatan Penanganan Covid-19 Doni Monardo mengutip pernyataan Direktur Eksekutif WHO Mike Ryan yang mengakui bahwa kemungkinan virus corona tidak akan pernah hilang. Hingga vaksin ditemukan, masyarakat pun mesti siap hidup bersama corona.
"Artinya coronavirus sangat mungkin tidak akan pernah hilang, kalau sudah demikian, tentu kita harus memiliki strategi menghadapi kondisi yang tentunya kita akan hidup bersama-sama dengan virus," kata Doni, Rabu (20/5).
Masyarakat pun diminta untuk berlatih menghadapi virus tersebut. Doni pun mengambil analogi peselancar yang tengah menerjang ombak di mana masyarakat yang terlatih sebagai peselancar yang akhirnya berhasil melalui terjangan ombak corona hingga akhirnya selamat kembali lagi ke tepi pantai.
"Ibaratnya dalam suatu kegiatan di pantai, kita mengarungi gelombang untuk berselancar dan ada dua peselancar yang telah diberikan penjelasan. Salah satunya berlatih dengan sungguh-sungguh, yang satu lagi kurang begitu berlatih dengan sungguh-sungguh. Ketika keduanya dilepas, salah satu yang berlatih dengan sungguh-sunggu mampu menyesuaikan dirinya dengan gelombang yang sangat besar, bisa berselancar sampai akhirnya selamat sampai tepi pantai tapi yang satu lagi ketika dilepas tapi tidak memperhatikan teknik dan cara menghadapi gelombang akhirnya tergulung gelombang. Bila kita ingin tetap sukses menghadapi masa pandemi ini maka kita sebagai bangsa harus belajar dengan lebih giat untuk memahami bagaimana virus ini," jelas Doni.
Karena itu, menurut Doni, pemerintah akan menyiapkan strategi menghadapi kondisi tersebut sehingga masyarakat dapat beradaptasi dengan virus corona. Kendati demikian, lanjut dia, masyarakat bisa menghindari risiko bahaya dari virus ini selama protokol kesehatan masih diterapkan.
Doni pun meminta masyarakat agar berani bersikap sebagai patriot untuk mengingatkan masyarakat lainnya jika masih berkerumun dan tak menjaga jarak.
“Kita tidak bisa keluar dari situasi pandemi ini. Kita harus mampu menyesuaikan diri,” ucap dia.
Juru Bicara Percepatan Penanganan Covid-19 Achmad Yurianto menegaskan, penularan Covid-19 masih terjadi di masyarakat. Pada Rabu, Yurianto mengumumkan tambahan 693 orang dalam waktu 24 jam. Sehingga, sampai Rabu (20/5) pukul 12.00 WIB, ada total 19.189 kasus konfirmasi positif Covid-19 di Indonesia.
Yurianto mengungkap jumlah kabupaten/kota yang melaporkan kasus positif Covid-19 juga bertambah satu daerah lagi. Sehingga, total 391 kabupaten/kota di seluruh provinsi telah memiliki kasus Covid-19.
"Ini juga memberikan gambaran kepada kita bahwa upaya melindungi diri masih belum berjalan dengan baik, masih kita lihat banyak yang mengabaikan protokol kesehatan, mengabaikan tidak menggunakan masker, mengabaikan tidak menjaga jarak, dan mengabaikan tidak menghindari kerumunan," katanya.
Karena itu, ia berharap semua orang menaati aturan protokol kesehatan yang telah diimbau banyak pihak. Menurutnya, selama vaksin belum ditemukan, semua pihak harus mengubah kebiasaan menjadi normal baru.
Yurianto menjelaskan, normal yang baru antara lain rajin mencuci tangan dengan menggunakan sabun dan air yang mengalir minimal 20 detik, mulai menghilangkan kebiasaan menyentuh wajah mulut hidung pada saat kita belum mencuci tangan. Kemudian menggunakan masker pada saat ke luar rumah, hindari kerumunan dan setelah kembali ke rumah pastikan masker langsung diganti, mencegah terjadinya kontak yang sangat dekat dengan orang lain.
"Dengan kesungguhan kita untuk menjalankan normal yang baru, maka angka ini akan bisa kita tekan dan bisa kita turunkan untuk kemudian menjadi hilang," katanya.
Mantan Wakil Presiden Indonesia Jusuf Kalla Wakil Presiden ke-12 Jusuf Kalla (JK) meminta masyarakat untuk tidak melanggar protokol kesehatan Covid-19 yang telah disusun pemerintah. Dia mengatakan, sikap publik yang tak acuh terhadap protokol tersebut dapat membantu penyebaran virus lebih jauh lagi di tengah masyarakat.
JK meminta publik untuk berdisiplin dalam mematuhi protokol kesehatan itu. Dia mengatakan, hal tersebut juga mengacu pada aturan pemerintah untuk tidak keluar rumah, menghidnari kerumunan, selalu memakai masker apabila keluar dan mencuci tangan.
JK menjelaskan, protokol kesehatan tersebut dibuat guna memutus rantai penyebaran Covid-19. Dia mengatakan, ada risiko terhadap pribadi dan masyarakat atas sikap yang tidak mempedulikan anjuran yang telah dibuat.
"Ada risiko tepapar virus terhadap diri sendiri dan apabila kena maka kena juga keluarga Anda dan masyarakat. Anda punya dosa besar karena menularkan kepada masyarakat," kata JK melalui video conference di gedung BNPB Jakarta, Rabu (20/5).
Ketua Umum Palang Merah Indonesia (PMI) itu mengatakan, saat ini pemerintah sedang berupaya mencegah virus tersebut agar tidak berpindah-pindah. Ironisnya, masyarakat justru malah keluar rumah dan berkerumun hingga berpotensi memindahkan virus tersebut.
"Itu akan menyebabkan kesibukan para dokter Kita, rumah sakit kita akan penuh dan apabila tidak disiplin maka akan berakibat kepada kesakitan dan kematian," katanya.