REPUBLIKA.CO.ID, SURABAYA -- Asrama Haji Surabaya menyiapkan dua gedung untuk ruang isolasi warga Kota Surabaya, Jatim yang dinyatakan reaktif Covid-19 berdasarkan hasil uji cepat. "Kami sudah menyiapkan dua gedung yang bersebelahan tapi ada jarak pembatasnya. Masing-masing berkapasitas 24 kamar dua lantai. Jadi total dua gedung itu ada 48 kamar," kata Kepala UPT Asrama Haji Surabaya Sugianto di Surabaya, Rabu (13/5).
Dia menjelaskan penggunaan dua gedung di Asrama Haji Sukolilo itu bentuk dukungan kepada Pemkot Surabaya dalam upaya penanganan pandemi Covid-19. Jika nantinya kebutuhan kamar di Asrama Haji dinilai kurang, pihaknya telah menyiapkan opsi gedung lain yang berjauhan namun masih di area asrama.
"Kami sudah mengantisipasi, ada opsi (gedung, Red) yang berjauhan tapi masih di Asrama Haji. Kami juga dibantu ibu wali kota terkait operasionalnya di dalam gedung ini, termasuk kebersihan dan keamanan," katanya.
Meski demikian, kata dia, pengawasan terhadap ODP yang menjalani isolasi nantinya cukup ketat. Karena bagi warga yang tinggal sementara di tempat itu tidak boleh meninggalkan jauh area gedung dan menerapkan protokol kesehatan. "Jadi mereka tidak boleh meninggalkan jauh dari area gedung, karena akses ke gedung ini ada pagarnya. Selain itu, mereka juga akan mendapat suplai makan tiga kali sehari," ujarnya.
Sugianto menekankan penggunaan Asrama Haji Sukolilo sebagai ruang observasi tidak mengganggu pelayanan ibadah haji. Sebab penggunaan Asrama Haji untuk ruang isolasi sampai 10 Juni 2020.
"Jadi misalnya kalau sewaktu-waktu perjalanan haji dibuka kembali, maka asrama bisa digunakan sebagaimana mestinya. Ada batas waktu maksimal penggunaan Asrama Haji untuk karantina ini sampai tanggal 10 Juni. Tapi saya yakin mudah-mudahan tidak sampai tanggalitu," ujarnya.
Ia menegaskan bagi warga yang menjalani observasi di Asrama Haji bukanlah pasien positif Covid-19 atau sakit. Mereka justru keluarga yang terdampak. Untuk itu, ia menekankan kepada masyarakat maupun pegawai di Asrama Haji agar tidak perlu khawatir.
"Jadi yang dikirim di sini bukan orang positif Covid-19 atau sakit, tapi orang yang diisolasi di sini adalah orang yang terdampak," katanya.
Koordinator Bidang Pencegahan Gugus Tugas Percepatan Penanganan Covid-19 Surabaya, Febria Rachmanita mengatakan Asrama Haji menjadi salah satu asrama observasi yang digunakan sebagai gedung perawatan alternatif. Nantinya, kata dia, asrama itu bakal ditempati oleh orang dalam pemantauan (ODP) dan pasien dalam pengawasan (PDP).
"Totalnya berjumlah 198. Yang menempati nanti ODP. Jadi aman digunakan untuk asrama observasi," kata Feny, sapaan lekatnya.
Pemkot Surabaya juga telah menyiapkan petugas khusus untuk merawat dan menjaga warga yang tinggal sementara di asrama itu. Mereka terdiri atas anggota linmas, Satpol PP, perawat, dan dokter. "Selama observasi nanti mereka diawasi oleh tim dokter. Ada penjagaan khusus," katanya.