REPUBLIKA.CO.ID, LEBAK -- Hujan dengan intensitas tinggi sejak Selasa (12/5) malam membuat dua kecamatan di Kabupaten Lebak yaitu Lebak Gedong dan Cipanas diterjang banjir pada Rabu (13/5) dini hari. Akibatnya, pada beberapa titik terjadi longsor, kerusakan infrastruktur jalan hingga pemukiman warga terendam di daerah yang Januari lalu terdampak banjir bandang ini.
Camat Lebak Gedong, Wahyudin menuturkan, banjir terjadi pada Rabu (13/5) pukul 03.00 WIB karena sejak hati sebelumnya ada hujan dengan intensitas yang tinggi. Karena banjir tersebut ada dua jembatan yang menjadi akses vital masyarakat yaitu jembatan Kampung Cinyiru dan Kampung Muhara, rusak berat.
"Jembatan di Cinyiru sebenarnya sudah rusak dari bencana banjir bandang Januari kemarin, tapi sudah ditangani secara darurat dan karena datang banjir lagi, jadi tambah merosot jembatannya. Kalau Jembatan di Muhara itu sudah jebol, karena memang setelah banjir Januari hanya dibuat jembatan darurat, jadi kalau banjir kecil saja akan rusak lagi," ungkap Wahyudin, Rabu (13/5).
Karena infrastruktur jembatan rusak, akses masyarakat di Kampung Muhara terputus, sementara di Kampung Cinyiru hanya bisa dilewati kendaraan roda dua. "Roda empat untuk akses ke Cinyiru sekarang belum bisa lewat, hanya roda dua saja itu pun setelah kita melakukan gotong royong memperbaiki sementara," ujarnya.
Banjir juga menyebabkan longsor di enam titik jalan yang sempat memutus akses transportasi di daerah tersebut. Enam titik longsor ini disebut Wahyudin merupakan area langganan longsor yang pada Januari lalu juga terjadi.
"Titik longsor masih yang lama, ada sekitar enam titik rawan longsor yang semuanya di jalur jalan provinsi. Tapi material longsoran sudah kita bersihkan dibantu dengan alat berat dan gotomg royong masyarakat," ungkapnya.
Menurutnya, kondisi seperti ini akan terus terjadi jika belum ada upaya rehabilitasi total pada failitas umum yang selama ini terdampak bencana. Ia mengaku khawatir bencana akan terus datang berulang ke depannya, terlebih cuaca Lebak Gedong yang masih ekstrem saat ini.
"Kita harap penanganan bencana ini dilakukan secara total, sebelumnya sudah ada info kalau akan diperbaiki infrastruktur di jalur provinsi, tapi karena berbenturan dengan masalah Covid-19 ini jadi terhambat. Kita harap Covid-19 ini cepat selesai jadi perbaikan infrastruktur bisa dimulai lagi," ujarnya.
Hingga kini, Wahyudin menjelaskan belum ada perbaikan infrastruktur yang rusak di jalan kewenangan provinsi. Hanya ada perbaikan jembatan atau akses jalan yang dibantu relawan CSR di jalan atau jembatan desa.
"Untuk recovery sementara ini yang berjalan baru dari CSR saja, itu juga untuk jembatan atau jalan desa. Tapi kita pahami di masa sekarang memang sedang fokus menangani Covid-19," katanya.
Sementara di Kecamatan Cipanas ada tiga desa yang terendam karena banjir pada Rabu (13/5) dini hari. Tiga desa tersebut yaitu, Sipayung, Bintang Resmi dan Talagahiyang.
Camat Cipanas, Kabupaten Lebak, Oleh Najmudin mengatakan banjir membuat pemukiman warga di tiga desa tersebut terendam dengan ketinggian 30-50 sentimeter. Tiga daerah ini menurutnya memang menjadi desa langganan banjir dan terdampak banjir pada Januari lalu.
"Banjir merendam tiga desa dengan ketinggian sekitar 30-40 sentimeter, tapi memang tidak lama. Sekitar waktu subuh masyarakat mulai bersih-bersih sisa banjir," kata Oleh Najmudin.
Kerusakan jembatan di Talagahiyang akibat banjir saat ini menurutnya adalah yang paling mengganggu aktivitas masyarakat. "Jembatan di Tapagahiyang memang dibuat darurat setelah banjir bandang Januari kemarin, tapi sekarang hanyut karena banjir lagi dan membuat Talagahiyang sampai sekarang masih terisolasi," ujarnya.
Agar banjir tidak lagi terulang, Oleh mengharap ada perbaikan di Taman Nasional Gunung Halimun Salak (TNGHS) yang menjadi hulu beberapa sungai di Kabupaten Lebak.
"Hulu sungainya kan ada di atas gunung, kita harap ada perbaikan agar tiap hujan besar Kecamatan Cipanas dan Lebak Gedong nggak kena imbasnya lagi," tururnya.
Kasi Data dan Informasi BMKG Klas I Serang Tarjono menyebut curah hujan tinggi di wilayah Banten saat ini terjadi karena memasuki masa peralihan musim. Peralihan musim dari penghujan menjadi kemarau ini menurutnya membuat cuaca ekstrem di kabupaten/kota di Banten.
"Kita ini di wilayah Banten sebagian besar sedang mengalami masa peralihan musim hujan ke musim kemarau. Pada masa ini, ditandai dengan cuaca ekstrem dengan hujan lebat hingga gelombang air yang tinggi," katanya.
Tarjono mengimbau, masyarakat agar memperbarui terus imformasi cuaca yang ada di website atau platform informasi BMKG resmi lainnya. "BMKG akan terus intens memberikan warning dan update, terus perbarui informasi BMKG resmi baik di Whatsapp atau android agar tidak mendapat informasi yang menyesatkan," ucapnya.