Rabu 13 May 2020 14:45 WIB

Jenderal Doni dan Menu Sahur Pangek Ikan Gurame

Doni tidak ingin masyarakat terpapar covid-19, tak ingin rakyat terkena PHK.

Ketua Gugus Tugas Percepatan Penanganan Covid-19, Letjen Doni Monardo.
Foto:

Utusan jenderal

Malam itu acara Doni memang sangat padat. Sampai-sampai musisi Ahmad Dani yang datang ke lantai 10, hanya bisa memberikan salam sambil memegang tangan di dada.

Doni saat itu sedang diperiksa dokter untuk diberikan asupan vitamin C dosis tinggi. Sehingga Ahmad Dani tidak sempat mengungkapkan keperluannya. Ia akhirnya ditemani staf khusus, Kolonel (Arhanud) Hasyim Laihakim.

Doni juga masih sempat melayani permohonan stasiun televisi untuk konser amal para artis. Acara digelar untuk menghimpun dana membantu masyarakat terdampak covid-19. Di papan elektronik, Sabtu (9/5/2020) antara lan menerima Menteri Pemuda dan Olahraga, video conference dengan Dewan Pertimbangan Presiden, sosialisasi pelaporan data covid-19, video conference dengan staf khusus presiden, dll.   

Dalam pembicaraan di meja makan, penulis juga menanyakan beberapa masalah koordinasi di sejumlah daerah. Doni mengungkapkan masalah di daerah tersebut sudah selesai. Intinya banyak masalah komunikasi yang harus diselaraskan di antara kepala daerah.

”Saya sudah kirim tim ke daerah-daerah tertentu. Mereka LO (liaison officer) sudah berangkat ke sejumlah kota besar di Indonesia. Dan melaporkan secara berkala perkembangannya.”

Liaison officer (disingkat LO) adalah orang yang bertugas menghubungkan dua lembaga untuk berkomunisasi dan berkoordinasi mengenai kegiatan antarlembaga. Para LO itu bukan sembarangan orang. Umumnya para pensiunan jenderal dari TNI AD, TNI AL, TNI AU, dan Polri. Mereka teman satu letting (kelas) dengan Doni, abituren (lulusan) Akabri 1985. Antara lain Mayjen (Purn) Komaruddin Simanjuntak, Mayjen (Purn) Afanti Uloli, Mayjen Marinir (Purn) Gatot Triswanto, Marsda (Purn) Abdul Muis, Brigjen Pol (Purn) Hasanuddin, dll.

Khawatir PK

Di ujung waktu sahur, Doni juga mengungkapkan keprihatinannya dengan dampak ekonomi pandemi covid-19. Ia tidak ingin masyarakat terpapar covid-19. Ia juga tidak menginginkan masyarakat terdampak pemutusan hubungan kerja (PHK).

Ia mengungkap pepatah: hungry man becomes angry man. Orang lapar akan menjadi orang pemarah. Ini kebutuhan yang sangat mendasar yang harus diselesaikan. Perlahan-lahan secara bertahap mesti ada pelonggaran menuju tahap rehabilitasi pemulihan aktivitas sosial ekonomi.

Ia juga mengungkapkan kelompok usia 45 tahun ke bawah, sebaiknya dipersilakan bekerja. Namun tetap mengacu pada PSBB (Pembatasan Sosial Berskala Besar). Ada beberapa sektor, seperti logistik, teknisi, transportasi, perlistrikan, kesehatan. Juga bidang-bidang lain yang diatur dalam PSBB, memang diberi kelonggaran bekerja. Termasuk TNI, Polri, ASN, juga wartawan.

“Tentu saja harus mematuhi protokol kesehatan seperti rajin cuci tangan, tetap jaga jarak, dan melaksanakan prosedur sepulang dari bepergian atau bekerja.”

Data Gugus Tugas Covid-19 mengungkapkan, risiko kematian pasien usia 60 tahun ke atas mencapai 45 persen. Kemudian kelompok usia 46-59 tahun yang risiko kematiannya 40 persen. Kelompok usia di bawah 45 tahun, lebih kuat menghadapi virus corona. Ini pertimbangan Doni.

Memang kelompok usia yang rentan, karena memiliki penyakit penyerta antara lain hipertensi, diabetes, jantung, serta penyakit paru obstrasi kronis (PPOK) akibat merokok.

Jelang imsyak, mantan sekretaris jenderal Dewan Ketahanan Nasional ini, lagi-lagi mengungkapkan peran dokter, para medis sebagai ujung tombak penanganan covid-19. Para pahlawan kemanusiaan itu harus dijaga jangan sampai terpapar.

Begitulah kepedulian Doni yang total terhadap pekerjaannya. Ia hanya tidur sekitar 3-4 jam untuk bertempur melawan covid-19. Kehadiran makanan pangek ikan gurame menjadi pelipur lara. Termasuk video call dengan anak dan cucunya usai berbuka puasa.

Selamat bekerja, Jenderal.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement