REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) melakukan antisipasi jelang musim panas untuk mencegah kekeringan gambut yang mudah terbakar. Operasi teknologi modifikasi cuaca (TMC) dilakukan mulai Senin (11/5) untuk wilayah Riau, Jambi dan Sumatera Selatan.
Pada peluncuran yang berlangsung secara virtual di Jakarta, Direktur Jenderal Pengendalian Perubahan Iklim KLHK Ruandha Agung Sugardiman mengatakan operasi TMC untuk rekayasa hujan buatan dimaksudkan untuk membasahi lahan-lahan gambut di musim kemarau. Caranya adalah dengan mengisi kanal-kanal, embung dan kolam-kolam retensi.
Operasi ini dilakukan selama 15 hari di masing-masing posko. "Operasi TMC ini akan diawali dengan Pembentukan dua posko di wilayah Sumatera yaitu Posko Pekanbaru yang meliputi wilayah Provinsi Riau dan sebagian Jambi, serta Posko Palembang untuk wilayah Propinsi Sumatera Selatan dan sebagian Jambi," kata Rhuanda, Senin (11/5).
Setelah kedua posko ini, menurut Ruandha, pihaknya akan melakukan operasi sesuai rekomendasi BMKG. Pembentukan posko serupa akan dibentuk di Kalimantan, Kalimantan Tengah-Kalimantan Selatan, Kalimantan Barat, dan Kalimantan Timur-Kalimantan Utara.
"Diharapkan Pelaksanaan TMC yang segera dimulai setelah launching hari ini, dapat mencegah terjadinya karhutla dan menekan angka karhutla Tahun 2020 secara nasional dan khususnya di propinsi-propinsi bergambut yang rawan karhutla," kata dia menambahkan.
Pada prinsipnya, operasi TMC meniru proses alamiah yang terjadi di dalam awan. Sejumlah partikel higroskopik yang dibawa dengan pesawat ditambahkan langsung ke dalam awan jenis Cumulus (awan hujan) agar proses pengumpulan tetes air di dalam awan segera dimulai. Dengan berlangsungnya pembesaran tetes secara lebih efektif maka proses hujan menjadi lebih cepat dan menghasilkan curah hujan yang lebih banyak.