Senin 11 May 2020 18:46 WIB

Jabar Sebut tak Ada Penambahan Klaster Covid-19

Jabar sejauh ini telah mengindentifikasi ada lima klaster penyebaran Covid-19.

Rep: Arie Lukihardianti/ Red: Yudha Manggala P Putra
Petugas medis mengambil sampel darah pengguna kendaraan saat tes diagnostik cepat (rapid test) COVID-19.
Foto: ANTARA FOTO
Petugas medis mengambil sampel darah pengguna kendaraan saat tes diagnostik cepat (rapid test) COVID-19.

REPUBLIKA.CO.ID, BANDUNG -- Juru Bicara Gugus Tugas Percepatan Penanganan Covid-19 Jawa Barat, Berli Hamdani Gelung Sakti memastikan, tidak ada penambahan klaster penyebaran virus Corona di Jawa Barat. Pemerintah Provinsi (Pemprov) sendiri, sejauh ini telah mengindentifikasi ada lima klaster.

Adapun lima klaster penyebaran Covid-19 di Jabar, yaitu seminar ekonomi syariah di bogor, acara keagamaan di Bogor, Musda Hipmi, acara keagamaan di Lembang, dan kegiatan di Sukabumi.

"Sampai dengan saat ini tidak ditemukan klaster baru. Sejauh ini yang ada penularan lokal, kemudian lima klasters udah diidentifikasi," ujar Berli, Senin (11/5).

Menurut Berli, pihaknya telah memeriksa semua peserta yang terlibat dengan kegiatan di lima klaster tersebut. Khususnya yang melakukan kontak dengan pasien positif Covid-19 yang diidentifikasi berasal dari klaster-klaster tersebut.

Saat ini, kata dia, sudah dilakukan sedikitnya 105 ribu rapid test sebagai upaya mengakselerasi penangan Covid di Jabar.

"Semua kontak sudah di-tracing dan diperiksa. Di-rapid test sudah 105 ribu lebih, 288 reaktif positif. Diisolasi masing masing," katanya.

Berli mengatakan, pihaknya berupaya penuh agar tidak ada lagi kasus impor infeksi virus Corona di Jabar yang berasal dari luar. Karena itu, pelarangan mudik ada kaitannya dengan mencegah adanya imported case tersebut.

"Tadi pagi sudah melakukan rapat koordinasi terkait protokol kesehatan. Kita akan tingkatkan pengendalian pemudik mulai dari daerah asal mudik. Alias di Kota Jakarta dan seterusnya, termasuk di Jabar itu di wilayah Bodebek," paparnya.

Sejauh ini, kata dia, pihaknya sudah berhasil mengendalikan imported case dengan melakukan penelusuran kontak sehingga berhasil dilokalisasi. Berli menilai, pemberlakuan pembatasan sosial berskala besar (PSBB) pun berpengaruh besar dalam pengendalian penyebaran Covid-19.

"Ini pertama disebabkan pemeberlakuan PSBB yang mengurangi pergerakan masyarakat sampai 30 persen. Walaupun di bebrepa titik cek pon masih ada penolakan dari masyarakat. Ini akan berpengaruh pada capaian pengendalian," katanya.

Selain itu, kata dia, pihaknya pun melakukan pemeriksaan di zona merah, di mana sebanyak 15.500 swab test telah dilaksanakan di kabupaten/kota. Tes ini khususnya dilakukan di wilayah yang semula menerpakan PSBB, yakni Bodebek dan Bandung Raya.

"Kalau dari provinsi sudah melakukan 55 ribu swab test. Sisanya, seperti hari ini kami lakukan kepada kelompok yang masih berkumpul, seperti di pasar, di Bogor sudah melakukan pemeriksaan," katanya.

Berli mengatakan, Pemprov Jabar pun telah berkerja sama dengan sejumlah pihak agar penanganan Covid-19 bisa lebih maksimal.

"Kita dibantu sarana bus khusus laboratorium dari BIN pusat. Di dalamnya ada lab mini yang melakukan pemeriksaan PCR di tempat. Ini akan dilakukan di beberapa kab kota. Pertama di Bodebek dan Bandung Raya, kemudian menyeluruh di Jabar," paparnya.

Dapat mengunjungi Baitullah merupakan sebuah kebahagiaan bagi setiap Umat Muslim. Dalam satu tahun terakhir, berapa kali Sobat Republika melaksanakan Umroh?

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement