Selasa 12 May 2020 01:16 WIB

Seteru Dua Gajah di Tengah Pandemi

AS tak ubahnya anak kecil yang tersandung lalu menyalahkan barang di sekitarnya.

China mengolok AS hadapi Covid-19
Foto: Republika
China mengolok AS hadapi Covid-19

REPUBLIKA.CO.ID, oleh Christianingsih*)

Hubungan Amerika Serikat (AS) dan China tak pernah biasa-biasa saja. Di tengah krisis Covid-19 yang membuat seluruh dunia sibuk, dua negara tersebut masih sempat beradu mulut soal asal muasal virus.

Presiden AS Donald Trump menuding virus corona jenis baru penyebab Covid-19 berasal dari sebuah laboratorium di Wuhan, China. China pun segera menampik tudingan tersebut. Tak berhenti sampai di situ, saling tuding asal virus terus berlanjut.

Australia mendukung langkah AS untuk melakukan investigasi asal virus yang kemudian menuai ancaman dari China. Inggris sebagai sekutu AS juga ikut bersuara lewat Menteri Pertahanan Ben Wallace. Dalam siaran radio Inggris LBC, Wallace menuntut China agar lebih transparan soal penyebaran virus corona dan Covid-19.

Sebaliknya, pakar penyakit menular AS Anthony Fauci menyatakan tak ada bukti ilmiah yang mendukung pernyataan Trump bahwa virus corona jenis baru berasal dari laboratorium di China. Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) juga menyatakan pemerintah AS tidak memberi bukti apapun untuk mendukung klaim Trump.

Negara sekaya dan semaju AS harusnya bisa jadi rujukan bagaimana menanggulangi pandemi. Namun tingkah AS malah tak ubahnya seperti anak kecil yang tersandung lalu menyalahkan barang-barang yang ada di sekitarnya.

AS kalah langkah jauh dibandingkan Korea Selatan, Taiwan, Selandia Baru, dan Jerman dalam mengatasi pandemi. Kini AS telah menjadi episentrum Covid-19 di dunia dengan kasus positif lebih dari 1,3 juta pasien menurut Worldometer per Sabtu (9/5). Trump juga mengakui bahwa dampak dari pandemi lebih buruk ketimbang pengeboman terhadap Pearl Harbor pada 1941 dan serangan di World Trade Center pada 9 September 2001.

Artikel yang dimuat di Xinhua pada 6 Mei 2020 bahkan menyebut Washington sebagai penghambat dalam penanggulangan Covid-19. Ini karena salah satunya AS dinilai banyak meremehkan saran para ahli dan mengecilkan efek virus di awal pandemi.

Di sisi lain, China memang sejak lama diisukan menutupi kasus virus corona di awal kemunculan penyakit ini. Hal tersebut salah satunya tercermin dari pengakuan almarhum dokter Li Wenliang yang harus berurusan dengan polisi China saat mencoba memperingatkan bahaya virus.

Dalam situasi krisis Covid-19 yang melanda dunia sekarang, dua gajah seperti AS dan China diharapkan dapat berbuat lebih banyak untuk menemukan jalan keluar dari pandemi. AS di bawah kepemimpinan Trump telah mencabut pendanaan untuk WHO akibat isu China-sentris. Sebuah keputusan yang disesalkan banyak pihak dan dinilai egois di tengah pandemi.

Dua negara adidaya dengan segala sumber daya yang mereka miliki harusnya memfokuskan diri menyelamatkan lebih banyak nyawa ketimbang saling berebut pengaruh. Apalagi penyakit tak mengenal batas negara, usia, suku, dan jenis kelamin.

WHO telah memperingatkan kecil kemungkinan vaksin Covid-19 bisa ditemukan sebelum akhir tahun 2021. Melalui alarm yang dibunyikan oleh WHO tersebut, kita berharap semoga para pemimpin dunia makin solid merumuskan solusi untuk keluar dari jerat pandemi corona.

*) penulis adalah jurnalis republika.co.id

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement