Sabtu 09 May 2020 16:11 WIB

Ramadhan, Harga 4 Kebutuhan Pokok Justru Turun di Sumsel

Empat kebutuhan pokok ini biasanya mengalami kenaikan harga saat Ramadhan.

Pedagang daging ayam. Ilustrasi
Foto: ANTARA /Asprilla Dwi Adha
Pedagang daging ayam. Ilustrasi

REPUBLIKA.CO.ID, PALEMBANG -- Empat kebutuhan pokok di Sumatera Selatan justru mengalami penurunan harga saat Ramadhan. Penurunan diperkirakan ikut dipengaruhi penyebaran virus corona (Covid-19).

Kepala Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Sumatera Selatan Hari Widodo di Palembang, Sabtu (9/5), mengatakan, empat kebutuhan pokok itu yakni cabai merah, daging ayam ras, telur ayam ras, dan beras.

“Terjadi anomali, biasanya saat Ramadhan justru naik, tapi ini justru turun. Penyebabnya, karena sebagian besar sedang panen dan pemberlakuan pembatasan sosial di masyarakat,” kata Hari.

Ia mengatakan anjloknya harga ayam ras sangat berpengaruh pada pergerakan inflasi di Sumsel. Dampaknya, pada April 2020, Sumsel mengalami deflasi 0,15 persen, selain dipicu juga penurunan harga cabai merah dan tarif angkutan udara.

Padahal pada Januari, Februari hingga Maret 2020 mencatatkan inflasi yakni masing-masing 0,60 persen, 0,27 persen dan 0,04 persen.

Akan tetapi, ada juga sejumlah kebutuhan pokok yang tetap bertahan di harga tinggi atau malah naik selama Ramadhan ini, seperti gula pasir di kisaran Rp 17.000-Rp 18.000/Kg. Selain itu, ada juga bawang merah, jeruk, anggur, dan emas perhiasan.

“Khusus emas, harganya naik karena dipicu dengan kenaikan harga emas dunia,” kata dia.

Di tengah pandemi Covid-19 ini, Hari menambahkan, Bank Indonesia sebagai Koordinator Tim Pengendali Inflasi Daerah (TPID) menekankan pentingnya pengendalian harga-harga kebutuhan pokok ini.

BI mengingatkan ke pemerintahan di tingkat provinsi hingga kabupaten/kota berupaya mengendalikan inflasi dengan menjaga ketersediaan pasokan, keterjangkauan harga, kelancaran distribusi dan berkomunikasi efektif dengan masyarakat, salah satunya imbauan agar tidak panic buying.

Walau sejauh ini, inflasi Sumsel masih terkendali yakni 2,48 persen (year to year) atau lebih rendah dibandingkan inflasi nasional sebesar 2,67 persen, tapi ancaman terhadap kestabilan ekonomi akan semakin menguat pada bulan-bulan mendatang jika pandemi ini belum berakhir.

“Sumsel itu base ekonominya pada komoditas ekspor, selain itu 65 persen ekonominya ditopang oleh konsumsi rumah tangga. Di tengah krisis seperti ini, tak ada cara lain selain mengoptimalkan bantuan sosial, untuk itu pemkab/pemkot harus memastikan bantuan tersebut tepat sasaran,” kata dia.

Sementara itu, pertumbuhan ekonomi Sumsel terkoreksi dari 5,69 pada triwulan IV 2019 menjadi 4,98 persen pada triwulan I 2020 karena dipengaruhi penyebaran virus corona. BI memperkirakan pada triwulan II 2020 akan turun lagi hingga berada di kisaran 3,4 persen.

Berdasarkan pantauan Antara di sejumlah pasar tradisional Sabtu (9/5), harga telur ayam ras Rp 18.000/kg atau turun dari biasanya Rp 21.000/kg, ayam ras Rp 28.000/kg atau bergerak naik karena sebelumnya sempat anjlok Rp 20.000/kg, dan cabai merah bergerak turun dari Rp 30.000/kg menjadi Rp 25.000/kg.

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement