Sabtu 09 May 2020 16:01 WIB

Hampir 40 Ribu Penumpang di KAI Daop 6 Yogya Batalkan Tiket

Calon penumpang yang batalkan tiket kereta lebaran dapat pengembalian penuh.

Calon penumpang mengisi form pembatalan tiket kereta.
Foto: Prayogi/Republika
Calon penumpang mengisi form pembatalan tiket kereta.

REPUBLIKA.CO.ID, YOGYAKARTA -- KAI Daop 6 Yogyakarta mencatat sudah hampir 40.000 penumpang yang melakukan pembatalan tiket sepanjang April hingga awal Mei. Itu menyusul pembatalan perjalanan kereta api guna mendukung upaya pencegahan penularan Covid-19.

“Pada Mei saja sudah ada sekitar 12.000 pembatalan tiket, belum ditambah pembatalan tiket pada April yang jumlahnya lebih banyak. Kira-kira sudah ada hampir 40.000 tiket yang dibatalkan terhitung sejak bulan lalu,” kata Manajer Humas PT KAI Daerah Operasi 6 Yogyakarta Eko Budiyanto di Yogyakarta, Sabtu (9/5).

Bagi calon penumpang yang melakukan pembatalan tiket dengan jadwal keberangkatan pada masa angkutan Lebaran akan memperoleh pengembalian secara penuh yaitu 100 persen dari harga tiket.

Pembatalan tiket dilakukan karena tidak ada lagi perjalanan kereta jarak jauh yang dilayani atau melintas di wilayah kerja PT KAI Daerah Operasi 6 Yogyakarta. Perjalanan kereta rencananya dibatalkan hingga 31 Mei, baik tujuan ke arah barat seperti Jakarta dan Bandung, maupun ke arah timur seperti Surabaya, Malang, dan Ketapang.

“Memang ada rencana operasional kereta untuk tujuan perjalanan tertentu. Tetapi sampai sekarang belum ada keputusan dari pusat. Namun, operasional kereta tersebut sangat terbatas dengan penerapan syarat yang ketat bagi calon penumpang,” katanya.

Eko menambahkan penumpang tidak perlu melakukan pembatalan tiket dengan datang langsung ke stasiun tetapi cukup melalui aplikasi KAI Access.

“Pengembalian biaya tiket juga bisa diperoleh lebih cepat, yaitu diproses tiga hari. Sebelumnya, pengembalian tiket memakan waktu sekitar satu bulan,” katanya.

Saat ini, lanjut Eko, perjalanan kereta api yang masih dilayani di Daop 6 Yogyakarta adalah kereta komuter Prambanan Ekspres (Prameks) dan kereta angkutan barang.

“Okupansi Prameks pun sangat sedikit kurang dari 50 persen karena memang kami memastikan agar okupansi kereta maksimal 50 persen dari kapasitas sehingga penumpang tetap bisa melakukan physical distancing,” katanya.

Selain itu karena hampir tidak ada aktivitas penumpang di stasiun, lanjut dia, maka petugas memanfaatkan kesempatan tersebut untuk melakukan perbaikan sarana dan prasarana, seperti rel dan kereta api. “Pembersihan kereta api pun rutin dilakukan,” katanya.

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement