REPUBLIKA.CO.ID, SURABAYA--Pandemi Covid-19 tidak hanya menimbulkan krisis kesehatan di kalangan masyarakat. Adanya pembatasan sosial berskala besar (PSBB) untuk mencegah penyebaran penyakit ini telah menimbulkan dampak sosial dan ekonomi yang besar. Untuk mengatasi dampak pandemik ini, pemerintah Provinsi Jawa Timur turut melakukan beberapa upaya dalam menjaga ketersediaan pangan.
Gubernur Jawa Timur, Khofifah Indar Parawansa mengatakan merebaknya wabah virus Covid-19 di seluruh dunia telah memberikan satu kesadaran bahwa ketersediaan dan ketahanan pangan adalah faktor yang paling utama untuk keberlangsungan hidup setiap manusia dan setiap bangsa.
“Dalam menghadapi pandemi ini, Pemerintah Provinsi Jawa Timur melakukan langkah-langkah operasional dalam menjaga ketersediaan pangan di Jawa Timur, utamanya pada komoditas beras sebagai komoditas strategis dan dibutuhkan oleh semua masyarakat,”katanya saat diwawancarai pada Jumat (8/05).
Gubernur Khofifah menambahkan langkah operasional yang dilakukan untuk pengamanan stok pangan di Provinsi Jawa Timur dilakukan dengan mengoptimalkan seluruh lahan pertanian. Tujuanya untuk meningkatkan produksi pangan dengan melakukan percepatan tanam di bulan Mei ini untuk memastikan stok yang dimiliki cukup sampai pada musim tanam berikutnya.
"Selain itu, Provinsi Jawa Timur juga terus melakukan memantauan untuk antisipasi kekeringan dan serangan hama penyakit tumbuhan sehingga produksi tidak terganggu," sebutnya.
Kemudian langkah berikut dikatakan Khofifah, yakni melakukan efisiensi rantai pemasaran produk pertanian dengan tetap memperhatikan keberpihakan pada petani. Sebab dengan adanya pemberlakuan PSBB di sejumlah kabupaten berimplikasi pada terhambatnya distribusi dari sentra produksi ke wilayah perkotaan sebagai sentra konsumsi.
“Kita juga libatkan peran serta masyarakat dengan mendorong pemanfaatan lahan pekarangan yang dapat dilakukan oleh warga atau kelompok masyarakat," bebernya.
Lebih lanjut Khofifah mengungkapkan ketersediaan beras di Povinsi Jawa Timur pada bulan Januari – April 2020 tersedia sebesar 2.899.088 ton dengan kebutuhan konsumsi sebesar 1.414.239 ton sehingga stok beras masih ada surplus sebesar 1.484.849 ton. Perkiraan produksi beras pada bulan Mei – Agustus 2020 sebesar 1.474.676 ton dan secara keseluruhan, perkiraan surplus beras dari bulan Januari sampai dengan Agustus 2020 sebesar 1.509.933 ton.
“Kita perkirakan sasaran tanam padi bulan Mei dan Juni 2020 seluas 487.884 hektar,” katanya. Di kesempatan terpisah, Direktur Jenderal Tanaman Pangan Kementerian Pertanian (Kementan), Suwandi mengatakan produksi beras nasional terjadi aman. Sesuai arahan Menteri Pertanian Syahrul Yasin Limpo, Kementan terus berupaya melakukan sinergi dan kolaborasi dengan berbagai pihak dalam menjaga ketersediaan dan distribusi pangan.
“Kementan mendukung penuh upaya dan daerah berkomitmen penuh berbagai daerah untuk kita bersama-sama mampu memenuhi target produksi pangan. Seperti yang menjadi arahan Bapak Presiden Jokowi untuk tetap menjaga pasokan pangan apalagi di tengah kondisi seperti ini,” kata Suwandi.
Berdasarkan data produksi BPS, neraca beras nasional surplus jutaan ton sampai Juni 2020. Total stok beras nasional untuk periode April-Juni 2020 ada sekitar 14 juta ton dengan rincian stok akhir bulan Maret 2020 sebanyak 3,45 juta ton dan panen bulan April-Juni 2020 sebanyak 10,56 juta ton.
Persediaan itu melebihi kebutuhan konsumsi beras nasional periode April-Juni 2020 yang totalnya sekitar 7,61 juta ton atau rata-rata 2,5 juta ton per bulan. Artinya, sampai beberapa bulan ke depan Indonesia memiliki surplus beras sekitar 6,4 juta ton.