Kamis 07 May 2020 16:34 WIB

Pasokan Gula Diperkirakan Baru Masuk Juli

Bulan Mei baru merupakan awal musim giling tebu.

Rep: Wahyu Suryana/ Red: Indira Rezkisari
Gula pasir mulai langka karena permintaan tinggi di Ramadhan dan panic buying Covid-19,
Foto: Antara/Fauzan
Gula pasir mulai langka karena permintaan tinggi di Ramadhan dan panic buying Covid-19,

REPUBLIKA.CO.ID, SLEMAN -- Memasuki Ramadhan, beberapa bahan pokok seperti gula mulai langka. Pakar ekonomi pertanian UGM, Prof Masyhuri menilai penyebabnya lantaran permintaan tinggi jelang Idul Fitri dan sebagian panic buying karena pandemi Covid-19.

"Kelangkaan disebabkan persediaan hampir habis jelang musim giling, permintaan tinggi selama bulan puasa dan menjelang hari raya, panic buying karena Covid-19 dan pedagang spekulan yang menyimpan," kata Masyhuri, beberapa waktu lalu.

Baca Juga

Masyhuri menuturkan, memasuki Mei ini merupakan awal musim giling. Sehingga, pasokan bahan pokok seperti gula diperkirakan baru akan tersedia di pasar-pasar pada Juli mendatang.

Ia berpendapat, kelangkaan ini tidak serta merta bisa dilihat sebagai suatu indikasi krisis pangan yang akan melanda Indonesia. Kondisi ini tidak akan mengarah ke krisis pangan jika pandemi Covid-19 dapat segera berakhir.

"Sebaliknya, potensi krisis muncul jika pandemi berkepanjangan. Bila pandemi ini panjang produksi berkurang karena input yang digunakan berkurang. Produksi input seperti pupuk dan pestisida juga akan berkurang," ujar Masyhuri.

Pandemi Covid-19 dirasa memang cukup memengaruhi sektor pangan Indonesia dan dunia. Beberapa negara-negara dunia mengambil langkah mengatasi pandemi yang salah satunya dengan pemberlakuan pembatasan sosial atau lockdown.

Kondisi itu secara langsung mengakibatkan terganggunya roda perekonomian. Sebab, kerja yang terbatas dan transportasi yang terbatas, otomatis mengakibatkan produktivitas dan produksi pangan berkurang.

"Gangguan transportasi akan mengganggu juga ekspor impor, tambahan lagi nilai dolar meningkat dan nilai rupiah anjlok, sehingga impor mahal dan permintaan ekspor menurun," kata Masyhuri.

Ia menyarankan pemerintah meningkatkan kemandirian pangan. Apalagi, hampir semua sektor pangan utama Indonesia masih mengalami defisit seperti gandum, gula, kedelai, jagung, bawang, cabai, telur dan lain-lain.

Untuk itu, Indonesia perlu meningkatkan produksi pangan dalam negeri serta membangkitkan kembali target pencetakan sawah yang selama ini masih mengalami kegagalan. Di samping, mendorong adanya lumbung pangan di daerah.

"Gudang Bulog sangat tidak cukup untuk cadangan pangan. Oleh karena itu, pemerintah harus mendorong adanya lumbung pangan mulai dari RT, RW, pedukuhan, kelurahan, dan seterusnya," ujar Masyhuri.

Selain itu, masyarakat perlu disosialisasi mengenai program pemerintah yang menjamin tersedianya bahan kebutuhan pokok tersebut. Pemerintah harus mampu menyakinkan masyarakat.

"Keberadaan lumbung pangan akan membantu memberikan keyakinan tersebut," kata Masyhuri.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement