REPUBLIKA.CO.ID, PALU— Forum Koordinasi Pencegahan Terorisme (FKPT) Sulawesi Tengah, di Palu, Rabu .(6/5) menyatakan gerakan terorisme merupakan musuh bersama semua komponen bangsa dalam Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI).
"Terorisme ini bukan musuh pemerintah semata, melainkan musuh semua komponen yang berdaulat terhadap NKRI," ucap Ketua FKPT Sulteng, Dr M Nur Sangadji.
Nur Sangadji mengatakan FKPT Sulteng menilai aksi-aski terorisme yang terus terjadi di berbagai wilayah di Indonesia, dilakukan sekelompok orang dengan paham tertentu, merupakan ancaman bagi ketenteraman dan keutuhan serta kelangsungan hidup berbangsa.
Komitmen kebangsaan karena senasib dan sepenanggungan, menjadi taruhan. Gus Dur, kata Sangadji, selalu mengulangi kalimat filosofis "la raison d'etre d'une nation" (alasan berdiri sebuah bangsa). “Dan, kita memiliki alasan yang sangat agung melintasi prahara penindasan ratusan tahun,” katanya.
Sementara Sukarno menyebutnya dalam pidato kelahiran Pancasila. Indonesia memiliki keinginan yang sangat mulia untuk hidup bersama sebagai sebuah bangsa (le desire de vivre ensamble).
Maka, wasiat para pendiri negeri harus kita rawat bersama sebagai generasi yang tahu berterima kasih kepada para syuhada bangsa, lanjutnya.
Oleh karena itu, Nur Sangadji yang merupakan akademisi Untad Palu menilai paham yang ditanamkan kepada orang terpapar radikalisme, terutama kaum muda, sangat mengancam eksistensi bernegara.
"Ini tentu menjadi satu tantangan besar bagi semua komponen untuk membebaskan masyarakat. Khususnya generasi muda dari belenggu paham radikalisme itu," ujarnya.
Karena itu, butuh keterlibatan dan keseriusan semua pihak meliputi tokoh adat, tokoh masyarakat, tokoh agama dan akademisi serta pemerintah bekerjasama dengan pihak kepolisian dan TNI untuk bersama-sama melakukan gerakan pencegahan radikalisme.
Hadirnya Inspektur Jenderal (Irjen) Pol Boy Rafli Amar selaku Kepala Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT), yang baru saja dilantik Presiden RI, dapat memberikan satu harapan baru dalam penanggulangan terorisme, katanya.
"Utamanya pada upaya pencegahan terorisme yang melibatkan semua komponen pemerintah dan masyarakat," kata Nur Sangadji.
Berkaitan dengan itu, Kepala Bidang Agama, Sosial dan Budaya FKPT Sulteng, Prof Juraid, mengemukakan agama tidak menghendaki menyelesaikan masalah dengan kekerasan.
"Dalam agama apapun, tidak dibenarkan tindak kekerasan dan terorisme," kata Prof Juraid.
Sebaliknya, kata Prof Juraid yang merupakan Guru Besar Universitas Tadulako Palu bahwa, agama justru mengutamakan tindakan yang manusiawi dalam menyelesaikan satu masalah.
Tindakan itu, disertai dengan sikap dan tindakan moderasi beragama yang didasari konsep 'wasathiyah' (moderat) untuk mencapai keharmonisan masyarakat dan bangsa.
Sementara itu, FKPT Sulteng menyampaikan selamat atas dilantiknya Inspektur Jenderal (Irjen) Pol Boy Rafli Amar sebagai Kepala BNPT dan terima kasih kepada Komisaris Jenderal (Komjen) Pol Suhardi Alius, yang telah mengabdi mengorbankan waktu dan tenaga serta fikiran untuk membebaskan bangsa ini dari ancaman dan gangguan paham radikal.