Selasa 05 May 2020 14:08 WIB

Rapid Test Positif, 24 Warga Kebon Kacang Jalani Karantina

Warga Kebon Kacang melakukan rapid test secara massal dan serentak

Rep: Amri Amrullah/ Red: Esthi Maharani
Petugas kesehatan menunjukkan sampel saat diagnostik cepat COVID-19 atau Rapid Test
Foto: ANTARA/BAYU PRATAMA S
Petugas kesehatan menunjukkan sampel saat diagnostik cepat COVID-19 atau Rapid Test

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Setelah ditemukan seorang warga yang meninggal akibat positif Covid-19, ratusan warga yang berada di dua RW yakni RW 07 dan RW 09 Kelurahan Kebon Kacang, Jakarta Pusat melakukan rapid test secara masal dan serentak. Didapati pada Senin (4/5) kemarin 24 warga sementara positif Covid-19 dari pemeriksaan awal rapid test.

Kepala Suku Dinas Kesehatan (Kasudinkes) Jakarta Pusat Erizon Safari mengatakan 24 warga yang positif tersebut merupakan hasil dari rapid test 160-170 orang dari target 200 orang di dua RW yakni, RW 07 dan RW 09, Kelurahan Kebon Kacang, Jakarta Pusat. Setelah diketahui 24 warga tersebut hasil awal rapid test-nya positif, mereka langsung dilakukan karantina.

Erizon menekankan walaupun hasil rapid test positif, namun belum tentu 24 warga tersebut semuanya Covid-19. "Perlu dilakukan PCR lagi. Mereka juga sudah dikarantina, 14 di Wisma Atlet, 7 ke RSAL dan 3 di isolasi rumah," ungkap Erizon kepada wartawan, Selasa (5/5).

Diungkapkan dia, setelah dilakukan karantina mereka langsung dilakukan test PCR-nya saat itu juga. Hasilnya kalau cepat akan keluar tiga hari ke depan. Apabila hasil dari 24 warga tersebut tetap positif, menurut dia, mereka terutama 3 orang yang masih menjalani isolasi di rumah akan langsung ditangani di RS atau di Wisma Atlet, seperti 21 warga lain yang sudah dirawat di Wisma Atlet dan RSAL.

Sebelumnya Lurah Kebon Kacang Aiman menambahkan pemeriksaan rapid test tersebut dilakukan kawasan Masjid Jami Al Ma'mur, Jalan KH Mas Mansyur, Jakarta Pusat. Dia mengakui memang ada ketidaktaatan warga sekitar menjalani Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) sehingga terjadi penularan ke beberapa warga dan seorang diantaranya meninggal dunia.

Ketidakpatuhan tersebut, jelas dia, seperti tidak mengurnagi, tetap beraktivitas di luar rumah. Warga tidak menggunakan masker dan tetap berkumpul di keramaian.

"Hasilnya ditemukan beberapa orang positif, seperti prang tanpa gejala, dan seorang bahkan sampai meninggal dunia," terangnya.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement