Senin 04 May 2020 14:54 WIB

Pemerintah-Pertamina Kompak Putuskan tak Turunkan Harga BBM

Anjloknya harga minyak dunia dinilai pemerintah akibat perang dagang.

Petugas SPBU mengisi bahan bakar minyak (BBM) nonsubsidi di SPBU Kuningan, Jakarta, Selasa (24/3). Meski harga minyak dunia tengah anjlok, harga BBM dalam negeri tidak turun. (ilustrasi)
Foto: Prayogi/Republika
Petugas SPBU mengisi bahan bakar minyak (BBM) nonsubsidi di SPBU Kuningan, Jakarta, Selasa (24/3). Meski harga minyak dunia tengah anjlok, harga BBM dalam negeri tidak turun. (ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID, oleh Intan Pratiwi, Rahayu Subekti

Pemerintah memutuskan untuk senada dengan Pertaminan yang memastikan tidak menurunkan harga bahan bakar minyak (BMM). Meskipun, harga minyak dunia saat ini tengah anjlok.

Baca Juga

Menteri ESDM, Arifin Tasrif mengatakan, keputusan ini diambil mengingat anjloknya harga minyak merupakan dampak dari perang dagang. Sedangkan, negara yang melakukan perang dagang menunjukan titik terang yang berpotensi membuat harga minyak mentah kembali rebound.

"Melihat kondisi global. Kami memutuskan masih mempertahankan harga BBM," ujar Arifin dalam Rapat Daring bersama Komisi VII DPR RI, Senin (4/5).

Ia menjelaskan, masih akan memantau kondisi harga minyak mentah dunia serta menanti stabilnya nilai tukar rupiah. Tak hanya itu, disisi lain Arifin memastikan pihaknya juga masih menanti dampak kesepakatan pemangkasan produksi antara negara-negara OPEC dan non-OPEC yang berencana memangkas produksi bertahap.

Pemangkasan produksi tersebut akan berlangsung terhitung mulai Mei hingga Juni 2020 sebesar 9,7 juta barel, kemudian di semester II 2020 sebesar 8 juta barel. Selanjutnya pemangkasan diprediksi mencapai 6 juta barel pada medio 2021 hingga 2022.

"Pemerintah terus memantau perkembangan harga minyak mentah dunia yang masih belum stabil, yang memiliki volatilitas yang tinggi. Diperkirakan harga akan rebound pada 40 dolar per barel di akhir tahun, waktu cukup lama makanya kami masih cermati perkembangan terutama di bulan Mei dan Juni," ujar Arifin.

Sebelumnya, Direktur Utama Pertamina, Nicke Widyawati menjelaskan Pertamina tak bisa menurunkan harga BBM sebab penentuan harga jual BBM mengacu pada formula yang ditetapkan pemerintah. Ia menjelaskan saat ini Pertamina hanya bisa memberikan diskon untuk jenis BBM tertentu.

"Karena pembentuk harga yang menentukan adalah pemerintah dalam hal ini Kementerian ESDM," ujar Nicke.

Nicke juga menjelaskan, anjloknya harga minyak tak terlalu berkontribusi besar terhadap industri hilir Pertamina. Sebab, kontribusi industri hilir pertamina hanya 20 persen dari total pendapatan perusahaan.

"Kami ini kan memang penjualannya paling besar di hilir. Sampai 70 persen. Tapi penjualan tersebut hanya berkontribusi 20 persen dari total revenue," ujar Nicke dalam konferensi pers daring, Kamis (30/4) malam.

Apalagi kondisi anjloknya harga minyak malah menggerus pendapatan pertamina di sektor hulu. Keadaan ini kemudian diperparah dengan kondisi Covid-19 yang menekan konsumsi BBM masyarakat yang makin memukul sektor hilir.

"Kalau dalam situasi normal lalu ICP turun, menuurunkan HPP hilir, tapi kalau demand turun, maka ini semua jadi enggak seimbang. Infra kita, di hulu, dan kilang itu disesuaikan demand banyak. Makanya kalau ada penurunan ngaruh sama kilang," ujar Nicke.

Ia juga menjelaskan sebenarnya dalam persoalan konsumsi BBM sendiri, tak bisa ditampik bahwa mayoritas konsumsi masyarakat saat ini masih bergantung pada solar, premium danpertalite.

"Jadi enggak sesimpel itu. Kalau kita bandingkan 83 persen penjualan kita solar, premium dan pertalite. Solar dan premium itu yang disubsidi. Itu kalau dibandingkan harga regional, harga kami paling murah kok," ujar Nicke.

Penjualan terburuk

Nicke pun tak bisa menampik bahwa pandemi corona saat ini sangat memukul perusahaan. Nicke bahkan mencatat saat ini merupakan penjualan terburuk sepanjang sejarah perusahaan.

"Dengan adanya PSBB maka demand menjadi turun. Bisa dibayangkan penurunan demand penjualan terendah sepanjang penjualan Pertamina," ujar Nicke.

Nicke juga menjelaskan saat ini penjualan BBM di Jakarta turun hingga 50 persen. Sedangkan secara nasional mencapai 25 persen. Penurunan konsumsi tidak hanya terjadi pada BBM, namun juga avtur.

Di sisi lain, Pertamina justru tengah memberikan beragam cashback untuk pelanggan yang memiliki kendaraan pribadi, sopir angkot, hingga pengemudi ojek daring atau ojol. VP Corporate Communication Pertamina Fajriyah Usman mengatakan, program cashback dilakukan untuk membantu masyarakat terutama bagi yang masih harus bekerja saat diberlakukannya pembatasan sosial berskala besar (PSBB).

“Ini program marketing untuk bisa membantu masyarakat disesuaikan dengan budget yang ada,” kata Fajriyah dalam konferensi video, Ahad (3/5).

Fajriyah mengatakan, cashback dapat didapatkan pelanggan Pertamina saat membelinya di SPBU dengan menggunakan aplikasi MyPertamina dan pembayaran melalui LinkAja. Selanjutnya, cashback yang masuk melalui saldo dapat ditarik tunai melalui ATM BRI atau bank BUMN lainnya yang memberikan layanan tarik tunai LinkAJa.

“Kemudian pilih saldo pilih menu tarik saldo dan bisa mengambil uang tunai melalui ATM, tetap ada biaya transaksi sekitar Rp 5 ribu,” ujar Fajriyah.

Hanya saja, VP Marketing Communication Pertamina Arifun Dhalia mengatakan saat ini penarikan tunai cashback tersebut belum bisa dilakukan saat ini. Arifun mengatakan, saat ini Pertamina masih melakukan penyesuaian sistem.

“Kesistemannya baru siap Rabu (6/5). Kami masih sesuaikan cashback bisa dicairkan di ATM sehingga kami haru ubah sistemmnya,” tutur Arifun.

photo
photo
Kompensasi atas dampak ekonomi corona (covid-19) - (Republika)

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement