REPUBLIKA.CO.ID, YOGYAKARTA -- Penularan virus corona (Covid-19) di DIY yang terbesar berasal dari tiga klaster dan hingga saat ini kasus positif telah mencapai lebih dari 100 kasus. Anggota Tim Perencanaan Data dan Analisis Gugus Tugas Penanganan COVID-19 DIY Riris Andono Ahmad menyebut, tiga klaster besar tersebut terkait dengan kegiatan keagamaan.
"Jumlah kasus terkonfirmasi (positif) dari tiga klaster itu mencapai proporsi kurang lebih 20 persen dari seluruh kasus," kata Riris di BPBD DIY, belum lama ini.
Tiga klaster besar tersebut yaitu satu di Kabupaten Sleman, satu di Gunung Kidul, dan satu lainnya di Kota Yogyakarta. Penularan di Sleman dan Gunung Kidul berasal dari dua anggota jamaah tabligh yang pulang dari Jakarta.
"Ada dua orang yang menjadi awal itu adalah pulang dari Jakarta bersama. Satu pulang ke Sleman dan satu pulang ke Gunung Kidul. Dua orang itu bersama-sama ke Jakarta dan pulang juga bersama-sama," katanya.
Klaster kasus penularan Covid-19 di Sleman telah mencapai generasi ketiga. Di Gunung Kidul, penularanya sudah sampai ke generasi kelima.
Ia menyebut penularan di klaster Sleman tersebar terutama melalui kegiatan pertemuan di tempat ibadah. Klaster Sleman ini juga termasuk di dalamnya berasal dari Warga Negara Asing (WNA) asal India.
"Dari situ ada cukup banyak kasus, sekitar 24 kasus di mana kemudian sebagian besar itu adalah kasus yang terkonfirmasi," jelasnya.
Di Gunung Kidul, penularan disebarkan melalui kontak erat antar kasus. Menurutnya, klaster di Gunung Kidul terdiri dari 18 kasus yang enam kasus di antaranya positif, 11 kasus reaktif dari rapid test, dan satu kasus merupakan Pasien Dalam Pengawasan (PDP).
"Jadi satu orang jemaah pulang dari Jakarta itu kemudian menularkan pada PDP dan kemudian PDP ini yang punya banyak jejaring dengan banyak kasus lainnya," ujar Riris.
Sementara, klaster di Kota Yogyakarta berasal dari rombongan yang pulang dari pertemuan Sidone GBIP di Bogor, Jawa Barat. Pertemuan ini dilakukan pada Maret 2020 lalu.
Riris menjelaskan penularan di DIY dari rombongan tersebut terjadi karena adanya kegiatan dalam lingkungan gereja. Awalnya, ada tiga jemaah yang pulang ke DIY dan selanjutnya juga menghadiri kegiatan di gereja yang ada di Semarang.
"Dari kasus ini ada 17 kasus dengan dua kasus di antaranya terkonfirmasi. Kemudian tiga kasus PDP dan selebihnya kasus positif terhadap rapid test," kata Riris.