Rabu 29 Apr 2020 21:23 WIB

Indonesia Gabung dengan 200 Negara Cari Obat Covid-19

Indonesia tergabung dalam solidarity trial WHO mencari pengobatan Covid-19

Rep: Fergi Nadira/ Red: Christiyaningsih
Virus corona (ilustrasi). Indonesia tergabung dalam solidarity trial WHO mencari pengobatan Covid-19.
Foto: www.freepik.com
Virus corona (ilustrasi). Indonesia tergabung dalam solidarity trial WHO mencari pengobatan Covid-19.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA - Indonesia merupakan satu di antara lebih dari 200 negara yang tergabung dalam inisiatif solidarity trial oleh Organisasi Kesehatan Indonesia (WHO). Inisiatif itu ada dengan tujuan mencari pengobatan paling efektif untuk penanganan Covid-19.

"Solidarity trial ini dilakukan melalui perbandingan antara pelaksanaan pengobatan yang standar dengan pengobatan yang menggunakan empat jenis obat-obatan yang sedang diujicobakan," ujar Menteri Luar Negeri (Menlu) Retno Marsudi pada konferensi pers secara virtual, Rabu (29/4).

Baca Juga

Retno mengatakan Indonesia melakukan uji coba terhadap empat jenis obat. Obat-obatan tersebut yakni Remdisivir, Liponavir/Ritonavir, Liponavir/Ritonavir yang dikombinasikan dengan interveron B1A, dan Chloroquine atau Hydroxychloroquine.

"Koordinasi dari berbagai pihak. Kita juga memperoleh informasi berbagai kerja sama internasional dan nasional secara intensif untuk mengembangkan vaksin dan obat-obatan Covid-19," ujarnya.

Kimia Farma tengah menjajaki penggunaan Remdisivir yang saat ini sedang menuggu hasil uji klinis di AS. Sedangkan Biofarma sedang mengembangkan plasma darah untuk  membantu pasien yang memiliki gejala sedang. Biofarma dengan Kementerian Riset dan Teknologi dan lembaga Eijikman telah membentuk konsorsium berkolaborasi dengan mitra-mitra internasional.

Retno mengatakan WHO kini tengah menggaungkan percepatan pengembangan dan produksi lebih dari 120 vaksin di seluruh dunia. Sementara enam di antaranya dalam proses uji klinis.

"Sasaran utama diplomasi Indonesia adalah mendorong kerja sama internasional untuk mewujudkan vaksin dan obat-obatan tersebut," ujar Retno.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement