Kamis 30 Apr 2020 00:20 WIB

Tujuh Provinsi Defisit Beras, Bulog: Sudah Kami Antisipasi

Daerah yang tengah mengalami defisit beras bukan merupakan produsen beras.

Rep: Dedy Darmawan Nasution/ Red: Agus Yulianto
Pekerja memeriksa kualitas beras di Gudang Perum Bulog Sub Divre Pekalongan, Desa Munjung Agung, Tegal, Jawa Tengah.
Foto: Oky Lukmansyah/ANTARA FOTO
Pekerja memeriksa kualitas beras di Gudang Perum Bulog Sub Divre Pekalongan, Desa Munjung Agung, Tegal, Jawa Tengah.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Sebanyak tujuh provinsi mengalami defisit beras. Perum Bulog menyatakan, telah mengantisipasi kondisi defisit pangan tersebut dengan penyediaan stok cadangan beras di setiap gudang daerah milik Bulog.

Direktur Operasional dan Pelayanan Publik Bulog, Tri Wahyudi Saleh, mengatakan, daerah yang tengah mengalami defisit beras bukan merupakan produsen beras. Adapun tujuh daerah itu yakni Kepulauan Riau, Bangka Belitung, Kalimantan Utara, Maluku, Maluku Utara, sebagian Papua Barat, serta sebagian Papua.

Sementara, daeran produsen beras masih dalam proses panen raya padi. "Kami sudah antisipasi ini sejak jauh hari. Penyebaran stok sudah berjalan. Perpindahan beras antar pulau ke wilayah defisit sudah dilakukan," kata Tri kepada Republika.co.id, Rabu (29/4).

Tri mengatakan, Bulog memang hanya memiliki divisi regional di 26 provinsi. Namun, pihaknya memiliki gudang penyimpanan di setiap kabupaten/kota.

Setidaknya terdapat 1.500 gudang di 500 kompleks seluruh Indonesia. Oleh sebab itu, setiap daerah yang membutuhkan beras dipastikan akan terjangkau oleh Bulog. Adapun total stok beras Bulog di seluruh Indonesia sekitar 1,4 juta ton.

Bulog, kata Tri, telah rutin melakukan pergerakan beras nasional setiap tiga bulan sekali. Manajemen stok yang diterapkan yakni 1/3 pasokan terdapat di gudang, 1/3 stok di laut untuk pengiriman, dan 1/3 pasokan lainnya dalam persiapan pengangkutan.

"Bulan April ini contohnya, kami siapkan pengiriman hampir 40 ribu ton ke daerah-daerah yang mengalami defisit. Jadi gudang beras yang kita punya selalu kita isi dan penuhi," kata Tri.

Pihaknya menyampaikan, ada atau tidak ada pandemi Covid-19, manajemen stok Bulog dengan cara perpindahan beras antar provinsi terus dilakukan. Adapun untuk proses penyerapan gabah saat musim panen kali ini, masih terus dilakukan.

Menurut dia, rata-rata harga gabah di wilayah panen masih sekitar Rp 4.600 - Rp 4.700 per kilogram (kg) dari sebelumnya Rp 4.900 per kg. Sudah terdapat penurunan harga, namun masih tetap di atas harga acuan pembelian oleh Bulog sebesar Rp 4.200 per kg.

"Kita harapkan karena puncaknya masih sampai Mei, harga bisa segera turun. Tapi, kami juga membeli gabah petani diatas harga acuan untuk dijadikan beras komersial," katanya.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement