REPUBLIKA.CO.ID, SEMARANG—Pandemi Covid-19 tak hanya berdampak bagi berbagai aktivitas ibadah keagamaan, demikian halnya bagi sejumlah aktivitas warga Kota Semarang dalam menyambut kemeriahan bulan penuh berkah ini.
Salah satunya adalah keramaian pasar takjil di depan Masjid Agung Semarang (MAS) atau masjid Kauman Semarang, Kota Semarang, Provinsi Jawa Tengah.
Ramadhan, yang biasanya menjadi berkah bagi sebagian warga Kota Semarang untuk meraup rezeki dengan njajakan aneka ragam takjil, di Jalan Alun Alun Barat, kali ini juga tidak terlihat lagi.
“Selepas Ashar, geliat warga yang menjual aneka takjil biasanya sudah terlihat di sepanjang jalan ini, tapi pandemi Covid-19 memang mengubah segalanya,” ungkap Tugimin (57), salah seorang penarik becak yang ditemui di sekitar Masjid Kauman, Senin (27/4).
Berbeda dengan Ramadhan tahun-tahun kemarin, jelasnya, sejak awal Ramadhan kali ini tak ada lagi keramaian di sepanjang Jalan Alun-Alun Barat tersebut, karena memang ada imbauan untuk mengurangi keramaian.
Sehingga, mulai dari samping pasar Yaik, sepanjang Jalan Alun-Alun Barat hingga Jalan Kauman tampak lengang, setiap sore hari tak ada hiruk-pikuk warga yang berburu takjil untuk pelengkap berbuka puasa.
“Jangankan aktivitas pasar takjil, aktivitas rutin semak’an Quran yang biasanya digelar ba’da Luhur, di Masjid Kauman Semarang juga ditiadakan, bahkan hingga kegiatan sholat tarawih,” ungkapnya.
Padahal, kata Tugimin, kalau ada pasar takjil, dia dan beberapa penarik becak lainnya juga ikut kecipratan rejeki dari para pengunjung. “Sekarang tidak ada keramaian warga di sini,” ujar dia.
Hal ini diamini Nur Khamim (42), salah satu warga Semarang Barat. Wabah Covid-19 menjadikan Ramadhan kali ini memang menjadi berbeda, hampir di seluruh wilayah Kota Semarang.
Tidak ada geliat masyarakat di pasar takjil yang biasanya digelar di depan Masjid Kauman tersebut. Apalagi, mulai hari ini Pemerintah Kota Semarang mulai memberlakukan pembatasan kegiatan masyarakat (PKM) non PSBB.
Sehingga, baik masyarakat (warga Kota Semarang) maupun para pemangku kebijakan di lingkungan Pemerintah Kota (Pemkot) Semarang memilih untuk meniadakan pasar takjil tersebut.
Kendati begitu, beberapa warga kauman tetap ada yang berjualan takjil, namun tidak seramai pasar takjil dan umumnya mereka juga hanya menyediakan bagi warga yang ada di lingkungan setempat.
Dia mengaku, karena berlangsung di tengah- tengah pandemi Covid-19, memang membuat Ramadhan kali ini terasa ‘hambar’. “Tetapi, warga juga tidak mau berisiko jika berjualan justru diperingatkan oleh aparat,” lanjutnya.
Tak hanya pasar takjil di Masjid Kauman, di ruas Jalan Pahlawan serta seputaran kawasan Taman KB, di Jalan Menteri Supeno Semarang juga sepi dari geliat anak- annak muda yang menjajakan aneka takjil di pinggir jalan.
Padahal, di sepanjang kawasan ini selalu menjadi tempat nongkrong, tempat ngabuburit sekaligus tempat bagi anak- anak muda tersebut untuk menawarkan takjil kepada para pengguna jalan yang sedang melintas.
Namun adanya imbauan pembatasan aktivitas masyarakat guna memutus mata rantai penyebaran Covid-19 membuat kawasan ini juga cenderung lengang. “Biasanya Ramadhan memang selalu dinantikan, karena kami bisa menjual aneka takjil untuk mencari tambahan uang saku,” ungkap Dewi (21).
Mahasiswi PTN di Kota Semarang ini pun mengamini, jika Ramadhan kali ini memang menjadi berbeda karena dampak wabah Covid-19. “Mudah- mudahan situasi ini bisa cepat berlalu dan semuanya bisa kembali normal,” ujar dia.