REPUBLIKA.CO.ID,BANDUNG--Situasi Corona tak hanya mengubah situasi kehidupan di perkotaan Bandung. Di pinggiran kota Bandung sebelah utara, tepatnya di Kecamatan Cimenyan, anak-anak desa juga terhambat urusan belajar. Lain ladang lain belalang. Lain anak kota, lain pula anak desa.
Di kota-kota banyak anak yang masih bisa berkesempatan belajar dengan memanfaatkan teknologi informasi. Hampir semua anak-anak kota juga mampu mengakses internet. Sedangkan di jarak 4 hingga 15 km dari Perkotaan Bandung, situasi desa nyaris tanpa teknologi informasi. ''Satu bulan lebih berhentinya sekolah, anak-anak di desa sini banyak yang hanya main-main di jalan, sawah atau tegalan. Berhenti sekolah bukan lantas belajar karena orangtuanya kebanyakan juga tidak peduli. Mengetahui anaknya libur, ya sudah,'' kata Abdul Hamid, Relawan Sekolah Samin (Sabtu Minggu) Yayasan Odesa Indonesia dalam siaran pers yang diterima Republika, Ahad (26/4).
Pagi hingga sore hari, Hamid bersama relawan lain, Yayan Hadian, Huda dan Misbah mengangkut tak kurang dari 100 buku. Dengan kendaraan Panther tuanya mereka keliling ke enam kampung perbukitan. Pada setiap kampung itu sejak dua tahun Sekolah Samin sudah aktif digalakkan Odesa Indonesia sebagai gerakan perbaikan sumber daya manusia melalui pedampingan literasi.
Di Desa Mekarmanik Kecamatan Cimenyan mereka membagi buku pada anak-anak. Setelah itu mereka pindah ke kampung Singkur yang jaraknya sekitar 2 km. Lalu pindah ke Cisanggarung dan Cikored dengan jarak yang kurang lebih sama. Berlanjut kemudian mereka naik ke perbukitan di Desa Cimenyan menemui anak-anak sekolah samin di Kampung Merak Dampit yang berada 1 km dari Puncak Bintang Cimenyan. ''Kami mendatangi mereka satu persatu supaya mereka tetap belajar. Tidak berkerumun dan tertib,'' kata Hamid.
Sementara itu salah seorang pegiat Odesa Indonesia, Basuki Suhardiman mengungkapkan pogram kegiatan literasi ini sangat diperlukan anak-anak desa. Bacaan disiapkan dengan melihat kemampuan dan usia. Beragam bacaan yang memiliki nilai edukatif dipilih. Kebanyakan bacaan pada minggu ini berupa fiksi. ''Fiksi-fiksi yang berkarakter sangat bagus untuk membangun imajinasi dan kreativitas anak. Mereka senang dengan buku cerita,'' tandas Basuki yang juga dosen di ITB.
Cica, seorang anak kelas 3 SD di Merak Dampit mengatakan, senang dapat buku bacaan untuk liburan sekolahnya. Cica tidak keberatan membaca karena oleh Hamid dengan kebebasan memilih jenis buku. Ia mengaku berbeda dengan seruan guru sekolah formalnya yang membebani karena anak diwajibkan membaca literature wajib yang belum tentu disukai. ''Kalau buku ini saya suka,'' katanya sambil menunjukkan buku yang baru saja diterimanya.